Selasa 05 Aug 2014 08:42 WIB

Irak dan Libya Bergolak, Harga Minyak Dunia Naik

Red: M Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia bergerak lebih tinggi pada Selasa (5/8) pagi WIB, menyusul gejolak pada akhir pekan di produsen minyak utama Libya dan Irak.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September menghentikan penurunan beruntun selama lima hari, naik 41 sen menjadi ditutup pada 98,29 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman September naik 57 sen menjadi menetap pada 105,41 dolar AS per barel di perdagangan London.

Kenaikan harga minyak terjadi sejalan dengan berlanjutnya kekerasan di Libya, di mana setidaknya 22 orang tewas dalam sebuah bentrokan di Tripoli selama akhir pekan, menambah korban tewas menjadi 124 orang sejak 13 Juli dengan lebih dari 500 orang terluka.

Para analis mengatakan kekerasan mengancam upaya untuk memulihkan produksi minyak di negara Afrika Utara.

Pertempuran juga berkecamuk di Irak, di mana angkatan udara Baghdad dan pejuang Kurdi dari Suriah bergabung dengan pasukan elit Peshmerga Irak untuk mendorong kembali kelompok militan ISIS (Negara Islam di Irak dan Suriah) yang melancarkan serangan terbaru yang membuat ribuan warga sipil mengungsi untuk menyelamatkan diri mereka.

Militan Sunni juga telah menyita dua ladang minyak kecil di Irak Utara yang seorang pejabat North Oil Company katakan memiliki kapasitas gabungan sebesar 20.000 barel per hari.

"Selama akhir pekan, berita-berita penuh diisi dengan kekerasan di Timur Tengah, apakah itu Irak atau Libya," kata Andy Lipow dari konsultan energi Houston, Lipow Oil Associates.

"Kombinasi peristiwa-peristiwa ini mulai menempatkan sebuah tarikan pada harga minyak mentah."

Harga minyak AS pekan lalu merosot ke posisi terendah enam bulan di tengah kekhawatiran tentang melemahnya pertumbuhan permintaan AS untuk bensin selama musim mengemudi pada musim panas.

Lipow mengatakan para pedagang tetap berhati-hati pada permintaan bensin AS, tetapi berlanjutnya kekerasan di daerah penghasil minyak utama bisa "dengan mudah" mendorong harga minyak kembali naik.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement