REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seorang menteri Inggris yang merupakan Muslim pertama yang duduk di kabinet mengundurkan diri pada Selasa (5/8), karena perbedaan pandangan mengenai kebijakan yang tak bisa dipertahankan secara moral tentang Gaza.
Keputusan yang dibuat Sayeeda Warsi, menteri di Kantor Kementerian Luar Negeri dan Keyakinan serta Komunitas menambah tekanan baru atas Perdana Menteri David Cameron mengambil sikap lebih tegas terhadap Israel atas tindakannya di Gaza.
Pemerintah koalisinya telah menghadapi kecaman dalam beberapa hari belakangan, yang dipimpin oleh oposisi utama Partai Buruh, karena tidak mengeluarkan pernyataan cukup keras atas konfilk yang telah membunuh 1.867 warga Palestina dan 67 orang di pihak Israel.
"Pendekatan kita... di Gaza secara moral tak dapat dipertahankan, bukan kepentingan nasional Inggris dan akan mempunyai dampak merusak yang berjangka panjang atas reputasi kita secara internasional dan domestik," kata Warsi dalam sepucuk surat pengunduran dirinya yang ditulis untuk Cameron.
Dia mengatakan sudah ada 'perasaan tak tenang' di kantor Kemenlu, tempat Philip Hammond menggantikan William Hague bulan lalu. Hal itu tentang bagaimana keputusan-keputusan kebijakan belakangan ini telah dibuat.
Sementara bintang Warsi telah meredup dalam beberapa tahun terakhir, ia pernah menjadi contoh pejabat tinggi dari keinginan Cameron untuk mendiversifikasi partai Konservatifnya menjauhkan diri dari secara tradisional mendasarkan pada kaum pria dan kulit putih.
Orang tua Warsi adalah imigran Pakistan dan ia merupakan seorang pengacara sebelum diangkat menjadi anggota parlemen majelsi tinggi pada 2007.
Dia ditunjuk menjadi anggota kabinet Cameron ketika pemerintahan koalisi Cameron berkuasa pada 2010 tetapi tak menduduki posisi di kabinet penuh, lingkar dalam yang kuat dari menteri-menteri pemerintah, pada 2012.