REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Lima polisi Mesir tewas pada Selasa (5/8), selama tembak-menembak dengan penyerang di barat laut negara, kata para pejabat keamanan.
Orang-orang tak dikenal menembaki mobil polisi yang membawa seorang perwira dan empat agen di jalan raya pesisir antara kota kedua Alexandria dan Marsa Matruh, dekat perbatasan Libya.
Polisi membalas tembakan dan selama saling baku-tembak mobil mereka terbalik dan terbakar dengan semua lima dari mereka di dalamnya, kata para pejabat keamanan.
Mayat para petugas polisi hangus, kata para pejabat. Dua orang bersenjata juga tewas dalam bentrokan itu, sementara sisa mereka berhasil melarikan diri, kata para pejabat, menggambarkan para penyerang sebagai teroris.
Kantor berita milik pemerintah MENA mengatakan, polisi menyisir daerah itu untuk menemukan orang-orang bersenjata tersebut.
Sementara itu seorang tentara Amerika Serikat yang bertugas di misi Pasukan Multinasional dan Pengamat (MFO) di Sinai, Mesir, terluka ketika sejumlah pria bersenjata menembak kampnya Senin malam, kata seorang pejabat keamanan.
Semenanjung Sinai yang bergolak mengalami lonjakan serangan gerilyawan sejak militer menggulingkan Presiden dari kubu Islam Mohamed Moursi pada Juli 2013. Para pejabat keamanan mengatakan bahwa tentara tersebut terluka di lengan dan dirawat oleh para petugas medis di kamp MFO, dekat desa Sinai utara, El-Joura.
Sejak pemecatan Moursi polisi telah menindak para pendukung kubu Islamnya, Ikhwanul Muslimin, dan sedikitnya 1.400 tewas dalam bentrokan jalanan serta ribuan dijebloskan ke penjara. Tentara Mesir baru-baru ini mengintensifkan serangan terhadap para pejuang Islam itu setelah kelompok gerilyawan menewaskan 22 tentara dalam serangan terhadap satu pos pemeriksaan dekat perbatasan barat dengan Libya.
MFO adalah misi penjaga perdamaian multinasional independen di Sinai, yang berbatasan dengan Israel dan Jalur Gaza, Palestina. Perannya adalah untuk memantau pelaksanaan perjanjian damai tahun 1979 yang mmeimpin penarikan tentara Israel dari Sinai.