REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengumumkan investasi senilai Rp422 trilyun atau 33 milyar dolar AS di Afrika. Kesepakatan itu disertai dengan desakan agar negara-negara di benua itu menciptakan iklim bisnis yang lebih baik dengan memberantas korupsi.
Obama menjelaskan, sejumlah perusahaan Amerika Serikat telah berkomitmen menginvestasikan modal senilai 14 milyar dolar AS di berbagai sektor. Selain itu, 12 milyar dolar AS juga akan diinvestasikan untuk sektor energi listrik.
Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dinilai sedang berusaha menyaingi Tiongkok dan Eropa untuk menjadi rekan bisnis benua Afrika yang kini tengah menuju kebangkitan.
"Yang perlu ditekankan di sini adalah Amerika Serikat sedang melakukan investasi jangka panjang bagi kemajuan Afrika," kata dia di depan 45 kepala negara Afrika dan sejumlah kelompok bisnis yang hadir dalam pertemuan di Washington, Selasa (5/8).
Namun di sisi lain dia juga menekankan bahwa Afrika masih harus mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri, meskipun saat ini investasi asing di benua itu tengah menanjak.
"Modal (asing) memang penting, namun kepastian hukum, reformasi regulasi, tata-kepemerintahan yang baik adalah hal-hal yang lebih penting. Karena orang harus bisa memulai usaha atau mengirim barang tanpa suap," kata Obama.
Obama menyampaikan pidato itu pada hari kedua pertemuan dengan pemimpin-pemimpin Afrika yang mengeluhkan lambatnya perusahaan Amerika Serikat dalam merespon kebangkitan ekonomi Afrika.
"Perusahaan Amerika Serikat dianggap masih menilai Afrika seperti 10 tahun lalu. Sementara kenyataannya Afrika telah banyak berubah," kata tokoh terkaya di seluruh Afrika asal Nigeria, Aliko Dangote.