REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengadakan pertemuan darurat terkait wabah virus Ebola di Afrika Barat dan negara lain yang terkena wabah tersebut. Demikian seperti dilansir dari PressTV pada Rabu (6/8).
WHO memulai sebuah pertemuan selama dua hari untuk membahas apakah epidemi Ebola dinyatakan sebagai krisis internasional. Pejabat senior WHO, perwakilan dari negara-negara yang terkena dampaknya, dan para pakar dari berbagai negara diperkirakan tidak akan membuat kebijakan publik hingga Jumat.
Sementara itu, PBB mengatakan sejauh ini 932 orang meninggal akibat virus penyakit di Afrika Barat. Menurut lembaga tersebut, jumlah korban yang tertular penyakit yang berpotensial mematikan itu telah mencapai hingga 1.711 orang.
Wabah virus telah mempengaruhi Guinea. Liberia, Nigeria, dan Sierra Leone. Masyarakat dari berbagai wilayah yang lain, termasuk Amerika Serikat dan Arab Saudi, telah tertular virus mematikan setelah mengunjungi negara-negara di Afrika Barat.
Saat ini tidak ada obat yang diketahui untuk menyembuhkan Ebola. Penyakit ini serupa dengan gejala demam berdarah, diantara berupa diare,muntah, pendarahan dan demam.
Virus tersebut menyebar melalui kontak langsung dengan darah, kotoran atau keringat orang yang tertular. Selain itu, penyakit ini juga dapat menyebar melalui hubungan seksual atau penanganan mayat yang terinfeksi tanpa menggunakan pelindung.
Ebola pertama kali ditemukan di Republik Demokratik Kongo pada 1976 dalam sebuah wabah yang menewaskan sekitar 280 orang.