REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan kepada pers asing pada Rabu malam. Dirinya mengatakan kemungkinan akan menjadi dari akhir operasi Israel di Jalur Gaza.
Gencatan senjata untuk mengakhiri permusuhan mulai berlaku selama 72 jam pada Selasa pagi pukul 08:00. Dalam pidato Netanyahu, roket peringatan sirene terdengar di wilayah Negev Sdot berbatasan Gaza. Namun diketahui peringatan itu ternyata alarm palsu.
Dalam sambutannya, Netanyahu menekankan bagaimana IDF berhati-hati untuk mencegah korban sipil. Dia menyatakan penyesalan mendalam di setiap kematian warga sipil di Gaza, dengan mengatakan setiap korban sipil adalah sebuah tragedi.
"Sembilan puluh persen kematian bisa dihindari jika Hamas tidak menolak untuk diajak bekerja sama dalam gencatan senjata," kata Netanyahu seperti dikatakan kepada Jpost.com, Rabu ( 6/8).
Dia menunjukkan video yang menampilkan penggunaan perisai manusia dan menembak roket dari daerah-daerah berpenduduk oleh kelompok Hamas.
"Hamas menggunakan kematian warga sipil sebagai tameng. Bisakah kita menerima situasi di mana teroris dibebaskan dan korban dituduh?" kata perdana menteri.
Perdana menteri berbicara tentang pentingnya demiliterisasi Gaza dan memuji pandangan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, yang melucuti kelompok-kelompok Gaza untuk tujuan jangka panjang yang penting.