REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza menyatakan 1.869 orang Palestina, kebanyakan warga sipil, telah tewas dalam serangan militer Israel terhadap Jalur Gaza. Di pihak Israel, 64 tentara dan tiga warga sipil telah mati.
Di ranjang lain di Rumah Sakit Shifa di Jalur Gaza, Mohammed Wahdan (18 bulan), menangis setiap kali sepupunya berusaha menarik jarinya dari tangan bocah lelaki itu.
"Anak-anak ini kehilangan ibu mereka, ayah mereka menderita luka kritis dan dibawa ke rumah sakit lain, Rumah mereka juga hancur," kata Ahlam Wahdan --sepupu Mohammed. Ia merujuk kepada dua anak lelaki kakak-beradik yang terbaring di ranjang di sebelah dia.
Keluarga tersebut --yang berasal dari Kota Kecil Beit Hanoun di perbatasan utara Jalur Gaza dengan Israel-- berlindung di tempat penampungan PBB setelah rumah mereka dibom. Tapi sekolah itu pun dibom dan 17 orang yang mengungsi di sana kehilangan nyawa.
Ia menyatakan negara Yahudi itu menembaki gerilyawan Palestina. "Keluarga tersebut kemudian menyewa rumah di kamp pengungsi Jabalya tapi pada malam itu juga, rumah tersebut dibom dan tragedi pun terjadi," kata Ahlam kepada Reuters.
Di luar Rumah Sakit Shifa, banyak keluarga yang kehilangan tempat tinggal akibat agresi militer Israel di Kabupaten Shejaia di bagian timur Jalur Gaza, tempat 72 orang tewas dua pekan sebelumnya, menggunakan selimut untuk membuat tenda sementara di trotoar, di taman dan di tempat parkir mobil.
Anak-anak bermain dengan bertelanjang kaki, sebagian tidur di bawah bayang-bayang tenda mereka dan yang lain sedang diberi makan oleh ibu mereka. "Masa depan apa yang dimiliki anak-anak itu? Kenangan apa yang telah ditanamkan Israel di dalam diri mereka?" demikian pertanyaan seorang perempuan tua yang duduk di dekat mereka.
"Anak-anak ini ketakutan sepanjang waktu, mereka tak bisa tidur dan kadang-kala mereka terbangun pada tengah malam sambil menangis," kata perempuan tua itu.
Unicef memperkirakan hampir 400 ribu anak di Jalur Gaza memerlukan bantuan psikologi. Sementara itu, salah seorang anak di Gaza, Yasmin tak mau menangisi hilangnya keluarganya. "Mereka ada di surga," kata gadis kecil tersebut. "Saya harus bersabar."
(Uu.C003)