REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sikap tegas ditunjukkan oleh Badan PBB untuk Urusan Pengungsi (UNRWA) tentang pembantaian Israel di jalur Gaza. Berbicara di hadapan majelis umum PBB, Komisaris Jenderal PBB Pierre Krahenbuhl mengungkapkan, serangan yang dilakukan militer Israel tidak dapat hanya dilihat dari kerusakan infrastruktur dan gedung.
Akan tetapi, serangan tersebut juga menyebabkan lebih dari 1.800 nyawa manusia melayang dan memisahkan manusia dari keluarga dan masyarakat. "Kami mengutuk tindakan militer yang dilakukan Israel dengan jelas tanpa syarat,"ungkap Pierre seperti dilansir dalam laman resmi UNRWA, Kamis (7/8).
Selama serangan Israel, dia menjelaskan, lebih dari 450 ribu warga Gaza mengungsi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 270 ribu ditempatkan ke 90 sekolah UNRWA di sepanjang jalur Gaza.
Dia mengungkapkan, sebanyak 90 tempat UNRWA dihancurkan. Enam sekolah ditembak dengan roket. Serangan tersebut, ujarnya, menimbulkan banyak korban jiwa dan cedera.
"Kami minta untuk adanya investigasi demi akuntabilitas,"jealsnya. Dia mengakui, memang ada tiga insiden di beberapa sekolah UNRWA yang sudah tidak terpakai. Menurutnya, kelompok bersenjata di Gaza memang menggunakannya sebagai tempat senjata.
Dia menjelaskan, dunia sudah mengetahui informasi tersebut karena inspeksi dari UNRWA. "Karena kami telah menginformasikan kepada semua orang di dunia dengan komunikasi publik yang jelas,"ujarnya.
Pierre menegaskan, pihaknya juga tidak mendukung adanya serangan roket dari kelompok bersenjata di jalur Gaza ke pemukiman sipil di Israel. Dia pun meminta agar serangan tersebut segera dihentikan.