REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Malam itu, di sebuah kafe di Kota Melbourne, Australia, puisi seolah tak kenal batas negara. Puisi berbahasa Indonesia tertutur dari lidah warga negara Australia, sementara mereka yang berasal dari Indonesia terdengar membaca puisi dalam bahasa Inggris.
Puisi Taufiq Ismail 'Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini' dibacakan oleh laki-laki bernama Ben Johnstone. Terdengar sedikit canggung, dan berlogat Australia, namun Ia tetap mendapat tepuk tangan meriah dari yang mendengarkan.
Malam makin larut, dan tuturan puisi dalam berbagai bahasa terus terdengar, mulai dari puisi berbahasa Indonesia, Inggris, hingga Perancis. Sekali-kali, diselingi juga dengan nyanyian dan petikan gitar. Begitulah pertemuan Jembatan Poetry Society, sebuah kumpulan pencinta seni sastra dan musik. Kelompok ini sudah berdiri sejak tahun 1991, dan saat ini bertemu empat kali setahun.
Australia Plus bulan ini menghadiri salah satu pertemuan mereka dan berbicara dengan beberapa pesertanya "Anda bisa pilih puisi apapun dalam bahasa apapun selama anda sebelum membaca menjelaskan secara singkat puisi itu tentang apa dan alasan mengapa anda memilih puisi tersebut," jelas Anton Alimin, seorang warga asal Indonesia yang sudah lama bermukim di Australia yang menjadi penggerak Jembatan Poetry Society.
Keanggotaan Jembatan Poetry Society tidak dipungut biaya, dan malam itu tampak sekitar 30 orang yang datang ke pertemuan. Kebanyakan yang hadir memang tampak berusia lebih dari kepala empat, kata Anton, namun kelompok ini juga ingin lebih banyak merangkul anak muda, antara lain melalui media di dunia maya seperti Youtube atau blog.
Silakan tonton video tentang Jembatan Poetry Society melalui Youtube di sini.