Ahad 10 Aug 2014 01:45 WIB

Israel Kembali Menyerang, Warga Gaza Mengungsi ke Sekolah PBB

Rep: c64/ Red: M Akbar
 Asap mengepul dari bangunan di utara kota Gaza, Jumat (8/8), akibat serangan pertama militer Israel sejak  gencatan senjata selama tiga hari.  (EPA/Mohammed Saber)
Asap mengepul dari bangunan di utara kota Gaza, Jumat (8/8), akibat serangan pertama militer Israel sejak gencatan senjata selama tiga hari. (EPA/Mohammed Saber)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Selepas gencatan senjata berakhir, warga Gaza langsung bergegas mencari perlindungan ke sekolah-sekolah PBB. Perlindungan diperlukan oleh warga Gaza karena para serdadu zionis kembali melancarkan agresinya setelah tiga jam masa gencatan senjata dicabut.

Ma'an News Agency, Sabtu (9/8), sebuah rudal telah menghantam atap sebuah bangunan di seberang apartemen di Jabaliya. Bangunan tersebut adalah apartemen milik Saeed Masri.  "Kami berada di Beit Hanoun dan berada di sana selama perang dan penembakan," ujarnya.

Saeed tinggal di apartemen ini bersama dengan keluarga dan kerabatnya. Saat serangan terjadi, ia berbegas pergi mengungsi dan mencari perlindungan.

"Sehingga setelah itu, saya datang untuk tinggal disini dengan sepupuh saya," lanjut pria yang bergegas ke sekolah PBB sambil menggendong seorang bayi perempuannya.

Saeed mengungsi ke sekolah PBB dengan harapan dapat melindungi keluarganya. Ia bercerita, itu hanya sebuah roket kecil yang ditembakkan oleh pesawat tak berawak, dimaksudkan sebagai peringatan bagi warga sipil untuk meningalkan kota.

Roket menghancurkan atap bangunan dan tidak meninggalkan korban. Tapi, ambulans diparkir di sudut-sudut bangunan.

Sebelum seragan diluncurkan, Saeed memerhatikan pesan dengan segera. Ia kemudian mengemas makanan ke dalam kantong plastik. Kemudian, ia bergegas memanggil istri dan kelima anaknya dan berjalan keluar dan berharap dapat menemukan keselamatan untuk keluarganya.

Setidaknya sekitar 153 sekolah di Gaza, termasuk 90 sekolah yang dikelola oleh PBB, telah dirusak oleh serangan udara Israel atau penembakan selama konflik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement