Ahad 10 Aug 2014 04:34 WIB

Rusia Bahas Misi Kemanusiaan dengan Menlu Amerika

Red: M Akbar
US Secretary of State John Kerry speaks at the Center for American Progress on the launch of India:2020 in Washington July 28, 2014.
Foto: Reuters/Gary Cameron
US Secretary of State John Kerry speaks at the Center for American Progress on the launch of India:2020 in Washington July 28, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKWA -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah berbicara melalui telepon dengan timpalannya dari Amerika Serikat John Kerry dan menyerukan "langkah-langkah mendesak untuk mencegah bencana kemanusiaan yang akan muncul di wilayah tenggara" Ukraina.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengeluarkan pernyataan tersebut Sabtu (9/8) waktu setempat.

Pernyataan itu mengatakan bahwa "John Kerry menegaskan pekerjaan tersebut yang kini sedang dilakukan dengan pihak berwenang Kiev ".

Sebelumnya Ukraina mengatakan pihaknya mencegah usaha Rusia mengirim pasukan melintasi perbatasan dengan menyamar sebagai duta kemanusiaan, yang membuat Barat khawatir Moskow berencana menyerbu wilayah itu.

"Iringan besar bergerak ke arah perbatasan Ukraina disertai pasukan Rusia dan peralatan keras militer," kata Valeriy Chaliy, wakil kepala kantor Presiden Petro Poroshenko, Jumat malam, dalam wawancara televisi.

"Menurut dugaan setelah berkonsultasi dengan Komite Palang Merah Internasional di Ukraina, konvoi kemanusiaan itu dengan "pengawal keamanan' bertujuan untuk masuk melakukan provokasi konflik berskala penuh," tambahnya.

Chaliy mengatakan tindakan itu dicegah melalui saluran-saluran diplomatik, tanpa menjelaskan lebih jauh.

Pada Jumat, Duta Besar AS untuk PBB Samantha Power menolak usul-usul Rusia membangun koridor-koridor kemanusiaan untuk membantu penduduk Ukraina yang terperangkap dalam pertempuran seru, dan tidak memiliki pasokan listrik serta air.

Satu "intervensi sepihak oleh Rusia di wilayah Ukraina, termasuk satu dengan samaran memberikan bantuan kemanusiaan, sama sekali tidak dapat diterima dan memperingatkan dengan keras itu dianggap sebagai satu invasi terhadap Ukraina," kata Power.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement