Ahad 10 Aug 2014 14:32 WIB

Australia Bakal Hadapi Perang 100 Tahun Melawan Islam Radikal

Aksi warga Kurdi menolak ISIS dan Kelompok radikal di Timur Tengah.
Foto: Reuters
Aksi warga Kurdi menolak ISIS dan Kelompok radikal di Timur Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID,  MELBOURNE -- Australia perlu mempersiapkan diri guna menghadapi perang 100 tahun melawan Islam Radikal. Hal ini diungkap mantan kepala militer Australia, Peter Leahy.

Peter, yang kini menjadi analis pertahanan mengatakan Australia tidak akan sanggup melawan perang itu lantaran memiliki biaya tinggi. Sebabnya, gerak pencegahan perlu dilakukan.

"Australia akan terlibat dalam tahap awal perang yang mungkin akan berlangung pada sisa abad ini. Kita harus melindungi diri sendiri, dan jika perlu lakukan pencegahan," ucap dia seperti dilansir dailymail.co.uk, Ahad (10/8).

Profesor Leahy mengungkap pencegahan itu bisa dilakukan melalui penguatan kontrol  terhadap serangan biologi, kimia dan nuklir. Ini juga mencakup pemberian perlindungan pada infrastruktur dan target ikonik.

Pencegahan yang lebih penting, kata dia, Australia perlu mengembangkan dialog yang jujur dan terbuka soal masalah ini kepada masyarakat.

"Mereka harus menjelaskan narasi yang memaparkan Islam radikal dan terorisme itu berkembang biak di rumah dan di luar negeri akan tetap menjadi ancaman signifikan untuk jangka panjang, hal itu akan membutuhkan usaha yang cukup, pengeluaran darah dan harta dan akan, kebutuhan, membatasi hak dan kebebasan kita, "katanya.

Menurutnya, radikal Islam berniat tatanan dunia baru sudah menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup bangsa di Timur Tengah dan Afrika. Jika kekhalifahan yang dinyatakan di Suriah dan Irak berdiri tegak, maka akan tumbuh bibit radikal yang pada akhirnya akan menyasar ke Ausralia.

Itu sebabnya, Profesor Leahy mengatakan Australia harus mendukung negara-negara moderat dengan masalah Islam radikal, seperti Indonesia dan Filipina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement