REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel dan militan Palestina terus saling serang di perbatasan Gaza, pada Ahad (10/8). Kedua pihak nampaknya membuat pembicaraan damai Kairo menemui jalan buntu.
Dilansir dari Los Angeles Time, berbicara menjelang pertemuan kabinet di Tel Aviv Perdana Menteri Netanyahu mengatakan akan terus melakukan operasi militer di Gaza. Operasi menurutnya akan dilakukan hingga tercapainya tujuan jangka panjang.
"Israel tak akan bernegosiasi di tengah serangan," kata Netanyahu. Ia menambahkan tindakan apapun akan dilakukan untuk mengembalikan ketenangan bagi warganya.
Menurut Netanyahu hal ini akan memakan waktu lama.Pertempuran antara Israel dan Hamas kembali dilanjutkan, setelah 72 jam gencatan senjata berakhir. Upaya Mesir memperpanjang gencatan senjata belum menemukan titik terang.
Para pejabat Israel mengatakan mereka tak akan bernegosiasi di tengah serangan. Sementara perwakilan Palestina di Kairo yang melakukan pembicaraan dengan Mesir mengancam akan meninggalkan pembicaraan, jika Israel tetap bersikukuh di posisinya.Selama ini pejabat Hamas menuduh Israel menunda-nunda dan menolak tuntutannya.
Termasuk permintaan pembukaan penyeberangan di perbatasan, pembangunan bandar udara dan komitmen untuk menahan diri dari aksi-aksi militer setelah operasi berakhir. Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman mengatakan pada Ahad, tuntutan Hamas melebihi apa yang bisa diterima Israel.
Tentara Israel terus mempertahankan posisinya di sepanjang perbatasan. Mereka siap melanjutkan operasi jika diperintahkan oleh pemerintah. Operasi saat ini tampaknya masih terbatas pada serangan udara.
Pada Sabtu (9/8) malam, militer Israel melancarkan serangkaian serangan di kota Gaza, termasuk Khan Younis, Zaytoun dan Rafah. Media Palestina melaporkan setidaknya dua orang tewas pada Ahad, termasuk seorang gadis 13 tahun dan anak laki-laki 17 tahun.
Perang selama sebulan meninggalkan hampir 2.000 orang tewas dan kerusakan luas di seluruh wilayah pantai. Sebagian besar perbaikan jaringan listrik telah dilakukan di Gaza pada Ahad (10/8). Namun, para pejabat mengatakan kerusakan para pada infrastruktur akan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk memperbaikinya.