REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Pembicaraan gencatan senjata di Kairo menghadapi kendala pada Ahad (10/8), dengan pihak Palestina mengancam menolak hadir jika Israel tidak kembali ke meja perundingan sementara kekerasan di Gaza membunuh seorang remaja.
Sementara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tetap menyatakan Israel tidak akan pernah berunding jika pertempuran berlangsung, para perunding Mesir dan Palestina merampungkan babak baru pembicaraan di Kairo, dengan mengatakan mereka akan mengeluarkan satu pernyataan beberapa jam ke depan.
Dan warga Gaza mengalami satu hari lagi yang mencekam sementara angkatan udara Israel melancarkan 29 serangan udara, membunuh seorang remaja yang berusia 17 tahun di satu lapangan dekat rumahnya yang pihak Israel lukiskan sebagai "pelaku teror terkenal".
Delapan serangan roket Palestina melanda bagian selatan Israel tapi tak menimbulkan kerusakan, kata tentara. Sejak gencatan senjata 72 jam berakhir Jumat, Gaza telah dilanda kekerasan demi kekrasan, dengan militer Israel menyerang lebih 150 sasaran dan membunuh 15 orang, dan para militan Palestina yang melancarkan 110 roket, 80 di antaranya jatuh di wilayah Israel.
Sejauh ini usaha-usaha Mesir menengahi diakhirnya pertempuran selama lebih sebulan tak menentu, dengan Israel menarik perutusannya dari pembicaraan di Kairo Jumat setelah menuduh Hamas melanggar gencatan senjata.
"Israel tidak akan terlibat dalam perundingan jika masih terjadi penyerangan," kata Netanyahu kepada kabinetnya Ahad, dengan memperingatkan bahwa operasi Israel akan berlanjut hingga negara Yahudi itu menjamin ketenangan bagi para warganya.
Keterangannya dibuat beberapa saat setelah pihak Palestina memperingatkan mereka akan meninggalkan Kairo jika Israel menolak muncul pada pukul 20:00 WIB. Di Gaza, sekelompok anak muda meneriakkan kata-kata "Allahu Akbar" setelah jasad remaja Palestina itu dikafankan dengan bercak darah menetes dan ditutup dengan bendera Fatah, dibawa pulang untuk dikebumikan.
Di Tepi Barat, seorang anak Palestina yang berusia 11 tahun ditembak hingga mati oleh tentara Israel ketika dia bermain di luar rumahnya di satu kamp pengungsi dekat Hebron, kota di bagian selatan Israel, kata kerabat dan petugas medis.
"Dia ditembak di bagian belakangnya dan peluru keluar dari perutnya," kata Yussef al-Anati, paman anak itu, meratap. Kemejanya masih berlumur darah setelah membawa keponakannya ke rumah sakit. Operasi di Gaza yang dilakukan Israel telah memicu serangkaian protes hampir tiap hari di Tepi Barat. Selama protes sebanyak 16 warga Palestina meninggal, kata kementerian kesehatan yang berkedudukan di Ramalah.