REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Media Turki melaporkan Ahad (10/8), Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan masih memimpin pemungutan suara dengan 53 persen suara. Hasil ini membawanya satu langkah menuju Turki baru yang ia janjikan sekaligus ditakuti para pesaingnya.
Ekmeleddin Ihsanoglu yang merupakan calon bersama dari dua partai oposisi terbesar di Irak mengikuti dengan 37 persen suara. Sementara itu, kandidat dari Kurdi, Selahattin Demirtas hanya mengumpulkan sembilan persen suara. Sebelumnya, keduanya juga tertinggal jauh dalam polling pra-pemilu.
Laman www.dw.de melaporkan, setelah mengikuti pemungutan suara, Erdogan mengatakan, saat ini, masyarakat sedang membuat keputusan penting bagi proses demokrasi Turki dan untuk masa depan negara.
Laporan awal menunjukkan, jumlah pemilih pada pemilu tahun ini mungkin sedikit lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Media pemerintah melaporkan tingkat partisipasi sebanyak 76 persen. Atau lebih rendah dibanding pada pemilihan lokal Maret lalu sebanyak 89 persen.
Jelang pemilu, para kritikus khawatir kalau kemenangan Erdogan akan menyebabkan lebih banyak otoritarianisme dan kurangnya kebebasan berekspresi. Erdogan dikabarkan memiliki hubungan kurang baik dengan jurnalis non AKP pada hari-hari terakhir pemilu.
Sementara itu, Ihsanoglu mengatakan pemilu ini tidak adil dan tidak proporsional. "Sebuah surat suara dengan hanya satu nama tidak mewakili demokrasi," kata Ihsanoglu.