REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Mantan menteri luar negeri AS, Hillary Clinton, dalam satu wawancara yang disiarkan pada Ahad (10/8) menyalahkan kegagalan kebijakan luar negeri Presiden Barack Obama atas meningkatnya fanatisme di Suriah dan Irak.
Ketika berbicara dengan media bulanan Atlantic, Hillary menggunakan kata-kata keras untuk menggambarkan kegagalan yang muncul dari keputusan Obama untuk tetap berada di luar arena selama tahap pertama konflik Suriah. Dalam konflik itu kelompok oposisi telah berusaha menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
"Kegagalan untuk membantu membangun pasukan tempur rakyat yang dapat dipercaya yang berasal dari pemrotes terhadap (Bashar) al-Assad --ada pemeluk agama Islam, ada kaum sekuler, ada apa saja di tengah-- kegagalan untuk melakukanitu menimbulkan kevakuman besar, yang kini telah diisi oleh mujahidin," katanya.
Hillary, yang menjadi utusan senior Amrika selama masa jabatan Obama, diperkirakan banyak pihak akan kembali mencalonkan diri sebagai presiden dan dipandang sedang berusaha menjauhkan diri dari presiden AS tersebut, yang kebijakan luar negerinya telah mendapat serangan tajam selama beberapa bulan belakangan.
Pesawat tanpa awak dan petempur AS telah melancarkan serangan udara terhadap sasaran Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) di Irak Utara selama tiga hari berturut-turut sejak Obama mensahkan tindakan itu pada Kamis (7/8) untuk melindungi warganegara Amerika serta melaksanakan misi kemanusiaan.
Saat mengumandangkan pendapat sebagian politikus Republik, Hillary Clinton mengatakan Obama kekurangan strategi untuk menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh gerilyawan ISIL.
"Bangsa yang besar perlu menata prinsip-prinsip, dan 'tidak melakukan perbuatan bodoh' bukanlah prinsip penataan," kata Hillary. Ia merujuk kepada slogan yang dilontarkan oleh presiden AS tersebut belum lama ini untuk menggambarkan doktrin kebijakan luar negerinya.