Selasa 12 Aug 2014 04:52 WIB

Perjuangan Palestina Merdeka: Intifada, Roket, dan Surat Suara (1)

Rep: Harun Husein/ Red: Erik Purnama Putra
Salah satu bangunan di Jalur Gaza yang porak-poranda dibombardir militer Israel.
Foto: AP Photo
Salah satu bangunan di Jalur Gaza yang porak-poranda dibombardir militer Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, Bila tak ada aral melintang, akhir tahun ini hingga awal tahun depan, Palestina akan menggelar pemilu presiden dan pemilu legislatif. Pemilu ketiga di Tanah Palestina ini akan digelar setelah Fatah dan Hamas berhasil mencapai rekonsiliasi, dan membentuk pemerintahan bersatu.

Namun, baru saja Fatah dan Hamas bergandengan, Israel yang tak menolak pemerintahan bersatu itu, melancarkan operasi militer yang meluluhlantakkan Jalur Gaza, membunuh hampir dua ribu jiwa, dan melukai sekitar 10 ribu orang lainnya. Berikut lika-liku perjuangan Palestina-satu-satunya anggota Konferensi Asia Afrika yang belum merdeka--untuk memerdekakan diri, tiga dekade terakhir:

1987-1991

Pecah Intifada Pertama, yang dipicu pembantaian tentara Israel atas rakyat Palestina di kamp pengungsi Jabaliya, pada 9 Desember. Intifada adalah kebangkitan rakyat sipil Palestina (juga pembangkangan kepada pemerintah pendudukan Israel) melawan penjajah Israel. Peristiwa pembantaian pengungsi di Jabaliya, dan berbagai peristiwa lainnya, kemudian menghasilkan bentrok yang meluas di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza. Intifada pertama berlangsung hingga 1991.

1987

Hampir bersamaan dengan pecahnya Intifada pertama, Hamas didirikan oleh Syekh Ahmad Yasin, Abdul Aziz Ratissi, dan Mahmud Zahar. Hamas yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin, bermarkas di Gaza.

1992

Sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin Alqassam ber diri. Namanya dari tokoh nasionalis Palestina ber pengaruh, yaitu Sheikh Izzuddin Alqassam.

20 JANUARI 1996

Pemilu untuk pertama kalinya digelar di wilayah pendudukan Palestina, khususnya di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jaluar Gaza. Pemilu ini untuk memilih presiden Otoritas Palestina dan anggota parlemen. Yasser Arafat, ketua PLO yang dicalonkan sebagai presiden oleh Fatah, keluar sebagai pemenang pilpres dengan meraih 88,2 persen suara. Arafat mengalahkan kandidat presiden dari kalangan independen, Samiha Khalil, yang hanya meraih 11,5 persen suara. Dalam pemilu legislatif, Fatah meraih 55 dari 88 kursi, atau 62,5 persen. Kursi selebihnya diraih oleh calon-calon independen yang mewakili komunitas. Pemilu pertama ini merupakan salah satu hasil yang dicapai lewat kesepakatan Oslo III. Sistem pemilu yang diterapkan saat itu, berdasarkan UU Pemilu 1995, adalah Block Vote dan Open List. Wilayah Palestina saat itu dibagi dalam 16 distrik pemilihan, 11 di Tepi Barat, dan lima di Jalur Gaza. Sebanyak 1.028.280 orang terdaftar sebagai pemilih, dan 736.825 orang (71,66 persen) menggunakan hak pilihnya. Sebanyak 519 pemantau pemilu internasional dan 2000 pemantau lokal menilai pemilu pertama ini berlangsung dengan bebas dan demokratis.

28 SEPTEMBER 2000

Pecah Intifada Kedua. Peristiwa ini dipicu provokasi Ariel Sharon mengunjungi kawasan Haram al-Sharif, tempat di mana Masjid al-Aqsa dan Masjid Kubah Batu (Dome of Rock) berdiri. Ariel Sharon yang sedang dalam proses mencalonkan diri menjadi perdana menteri Israel, mendeklarasikan bahwa Baitul Maqdis akan berada di bawah kendali Israel untuk selama-lamanya. Pernyataan itu kontan memicu protes massif. Kawasan Haram al-Sharif, adalah tempat suci ketiga umat Islam setelah Makkah dan Madinah, yang dikelola oleh Yayasan Wakaf pemerintah Yordania dan Palestina. Tembok Barat (Tembok Ratapan) kompleks Haram al Sharif, juga merupakan tempat suci orang Yahudi. Pada Intifada Kedua ini ribuan orang Palestina, Israel, maupun warga asing. Sementara, enam bulan setelah mela kukan provokasi, Ariel Sharon terpilih menjadi perdana menteri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement