Selasa 12 Aug 2014 05:11 WIB

Perjuangan Palestina Merdeka: Intifada, Roket, dan Surat Suara (2)

Rep: Harun Husein/ Red: Erik Purnama Putra
Tentara Israel
Tentara Israel

REPUBLIKA.CO.ID, Bila tak ada aral melintang, akhir tahun ini hingga awal tahun depan, Palestina akan menggelar pemilu presiden dan pemilu legislatif. Pemilu ketiga di Tanah Palestina ini akan digelar setelah Fatah dan Hamas berhasil mencapai rekonsiliasi, dan membentuk pemerintahan bersatu.

Namun, baru saja Fatah dan Hamas bergandengan, Israel yang tak menolak pemerintahan bersatu itu, melancarkan operasi militer yang meluluhlantakkan Jalur Gaza, membunuh hampir dua ribu jiwa, dan melukai sekitar 10 ribu orang lainnya. Berikut lika-liku perjuangan Palestina-satu-satunya anggota Konferensi Asia Afrika yang belum merdeka--untuk memerdekakan diri, tiga dekade terakhir:

18 MEI 2004

Israel melancarkan Operasi Pelangi untuk menghancur kan terowongan-terowongan yang dibangun di Rafah, yang menghubungkan Gaza dengan Mesir, karena khawatir menjadi tempat penyelundupan senjata. Operasi yang digelar hingga 23 Mei ini menewaskan 13 tentara Israel dan sejumlah pejuang Palestina.

30 SEPTEMBER 2004

I srael kembali melancarkan Operasi Hari Penyesalan (Day of Penitence) di kawasan utara Gaza, khususnya Beit Ha noun, Beit Lahiya, dan Kamp Pengungsi Jabaliya. Operasi ini menewaskan lebih dari seratus warga Palestina. Lima warga Israel juga menjadi korban serangan roket.

11 NOVEMBER 2004

Presiden Palestina Yasser Arafat, wafat di usia 75 ta hun. Yasser Arafat yang juga pemimpin PLO dan Partai Fa tah meninggal dunia saat bara Intifada Kedua masih membara. Posisi Arafat sebagai presiden digantikan oleh Rawhi Fattuh, ketua parlemen. Sedangkan, posisi Arafat sebagai pemimpin PLO digantikan oleh Mahmud Abbas yang sebelumnya menjabat sebagai perdana menteri.

9 JANUARI 2005

Digelar pemilu presiden. Dalam pilpres ini, Fatah mengusung Mahmud Abbas sebagai kandidat. Selain Mahmud Abbas, masih ada enam kandidat lain yang meng ikuti pilpres, yang berasal dari Front Populer untuk Pem bebasan Palestina, Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina, Partai Rakyat Palestina, dan kalangan independen. Na mun, hasil pemilu pemilu memenangkan Mahmud Abbas dengan 501.448 suara (62,52 persen). Sedangkan, pesaing terdekatnya, yaitu Mustafa Barghouti yang diusung Front Populer untuk Pembebasan Palestina, meraih 156.227 suara (19,48 persen). Pilpres ini tidak diikuti oleh calon presiden dari Hamas. Hamas memboikot pilpres karena tidak setuju dengan kebijakan Mahmud Abbas yang cenderung lunak terhadap Israel, padahal sejumlah pemimpin Palestina ditangkap Israel. Mahmud Abbas, misalnya, sejak 14 Desember 2004 menyerukan rakyat Palestina untuk mengakhiri Intifada Kedua, dan beralih ke perlawanan dengan cara-cara damai. Mahmud Abbas resmi menjadi presiden pada 15 Januari dengan masa jabatan empat tahun, yang berakhir pada 15 Januari 2009.

8 FEBRUARI 2005

Intifada Kedua berakhir, setelah digelar Sharm el-Sheikh Summit pada 8 Februari 2005, di mana Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Perdana Menteri Ariel Sharon sepakat mengakhiri kekerasan.

9 MEI-15 AGUSTUS 2005

I srael menarik tentaranya dari Jalur Gaza dan menge vakuasi warga Israel yang tinggal di Gaza. Ada 21 pe mukiman Israel di Gaza. Selain itu, Israel juga menge vakuasi warga Israel dari empat pemukiman di Tepi Barat. Penarikan tentara dan pengosongan pemukiman ini di ambil menyusul penerapan kebijakan Perdana Menteri Ariel Sha ron yang terkenal dengan sebutan Disengagement Plan atau Tokhnit HaHitnatkut dalam bahasa Ibrani, yang disetujui oleh parlemen Israel (Knesset) pada Februari 2005, dengan 59 anggota mendukung, 40 menentang, dan 5 abstain. Selain dikosongkan, sebagian pemukiman itu kemudian dihancurkan oleh Israel.

9 AGUSTUS 2005

Presiden Mahmud Abbas mengumumkan pemilu legis latif akan digelar Januari 2006. Semula, pemilu legislatif direncanakan digelar pada 17 Juli. Abbas menyatakan pemilu legislatif akan tetap digelar, meskipun kondisi Gaza saat itu belum benar-benar kondusif, bahkan Israel pun telah memutuskan untuk mencegah warga Palestina di Yerusalem Timur untuk ikut pemilu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement