REPUBLIKA.CO.ID, Bila tak ada aral melintang, akhir tahun ini hingga awal tahun depan, Palestina akan menggelar pemilu presiden dan pemilu legislatif. Pemilu ketiga di Tanah Palestina ini akan digelar setelah Fatah dan Hamas berhasil mencapai rekonsiliasi, dan membentuk pemerintahan bersatu.
Namun, baru saja Fatah dan Hamas bergandengan, Israel yang tak menolak pemerintahan bersatu itu, melancarkan operasi militer yang meluluhlantakkan Jalur Gaza, membunuh hampir dua ribu jiwa, dan melukai sekitar 10 ribu orang lainnya. Berikut lika-liku perjuangan Palestina-satu-satunya anggota Konferensi Asia Afrika yang belum merdeka--untuk memerdekakan diri, tiga dekade terakhir:
25 JANUARI 2006
Pemilu legislatif akhirnya digelar. Tak seperti pilpres, Hamas ikut serta dalam pemilu legislatif. Pemilu diikuti oleh 12 partai/organisasi, dan sejumlah calon independen. Hasilnya, Hamas berhasil memenangkan pemilu, mengalahkan Fatah. Inilah untuk pertama kalinya dalam empat dekade, PLO kehilangan dominasi atas politik Palestina. Kalahnya Fatah diduga berkaitan dengan kasus korupsi yang menimpa rezim Fatah.
Dalam pemilu, Hamas meraih 440.409 suara (29,1 persen) yang dikonversi menjadi 74 kursi. Jumlah 74 kursi itu mencapai 56 persen dari 132 kursi DPR, alias berhasil mencapai mayoritas kursi parlemen, sehingga memiliki hak membentuk pemerintahan. Perolehan suara Fatah sebenarnya tak terlalu terpaut jauh, yaitu 410.409 suara (28,1 persen). Tapi, setelah dikonversi menjadi kursi, Fatah hanya berhak mengklaim 45 kursi (34 persen). Kursi lainnya diraih oleh Martir Abu Ali Mustafa (3 kursi), Alternatif (2), Jalan Ketiga (2), Kemerdekaan Palestina (2), dan calon independen (4).
Jumlah pemilih terdaftar dalam pemilu legislatif adalah 1.341.671, sedangkan yang menggunakan hak pilihnya adalah 1.020.737 atau 76,07 persen. Angka partisipasi pemilih (voters turn out) dalam Pemilu 2006 tersebut lebih tinggi dibanding Pemilu 1996 yang hanya 71,66 persen.
Pada Pemilu 2006, terjadi beberapa perubahan dibanding Pemilu 1996. Pertama, jumlah kursi parlemen yang semula 88, dinaikkan menjadi 132. Kedua, sistem pemilunya berubah. Pa da Pemilu 1996 menggunakan sistem Block Vote dengan dis trik berwakil banyak, sedangkan pada Pemilu 2006 meng gunakan sistem parallel yang menggabungkan sistem proporsional tertutup dengan sistem first past the post (di Indonesia biasa disebut sistem distrik). Setiap pemilih men dapat kan dua surat suara. Satu surat suara untuk memilih partai saja, di mana kandidat terpilih ditentukan oleh daftar partai, sedangkan satu surat suara untuk langsung memilih kandidat.
Lewat sistem parallel tersebut, caleg yang dipilih langsung berjumlah 66, sedangkan yang ditentukan lewat daftar partai juga 66. Dengan penerapan sistem parallel ini, lebih memung kinkan kalangan minoritas seperti kalangan Kristen dan perempuan untuk terpilih. Bahkan, akomodasi terhadap minoritas itu lebih besar lagi, sebab dari 66 caleg yang ditentukan lewat daftar partai, sebanyak enam di antaranya dipatok khusus untuk caleg Kristen yang ditentukan secara proporsional berdasarkan wilayah.
Jumlah daerah pemilihannya tetap 16, yaitu Yerusalem, Tubas, Tulkarm, Qalqiya, Salfit, Nablus, Jericho, Ramallah, Jenin, Bethlehem, Hebron, Gaza Utara, Gaza City, Deir al- Balah, Khan Yunis, dan Rafah. Enam kursi gratis untuk kalangan Kristen itu antara lain dari Yerusalem (dua kursi), Ramallah (1), Bethlehem (2), dan Gaza City (1).
30 JANUARI 2006
Melihat Hamas menang, empat pihak (quartet) yaitu Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa, dan PBB, menyatakan bahwa bantuan kepada otoritas Palestina hanya akan dilanjutkan jika Hamas meninggalkan cara-cara kekerasan, mengakui Israel, dan menerima kesepakatankesepakatan Israel- Palestina sebelumnya. Jika tidak, semua bantuan internasional kepada Palestina akan dibekukan.
FEBRUARI 2006
Hamas menawarkan gencatan senjata selama 10 tahun kepada Israel dengan syarat Israel menarik diri se penuhnya dari wilayahpendudukan di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur, serta mengakui hak-hak warga Palestina lainnya, termasuk hak bagi warga Palestina untuk kembali ke Tanah Airnya.
Pemimpin Hamas kemudian mengirim surat kepada Pre siden George W Bush. Surat itu antara lain menyatakan bahwa Hamas akan menerima perbatasan 1967 termasuk gencatan senjata. Tapi, pemerintahan Bush tidak membalas surat itu. 29 MARET 2006 Pemerintahan Hamas terbentuk, dipimpin Perdana Menteri Ismail Haniya. Dari 25 anggota kabinet, 21 orang berafiliasi dengan Hamas, ditambah empat orang dari kalangan independen.
Setelah terbentuknya pemerintahan Hamas, pertikaian internal Hamas-Fatah justru mencuat. Situasi itu semakin diperburuk oleh peringatan intelijen Israel kepada Mahmud Abbas, bahwa Hamas berencana membunuhnya di kantornya, karena Abbas dianggap sebagai penghalang bagi Hamas untuk mengontrol otoritas Palestina secara penuh.
9 JUNI 2006
Saat Israel melakukan operasi artileri, sebuah bus di Jalur Gaza meledak, dan membunuh delapan warga si pil Palestina. Pihak Palestina menuding Israel bertang gung jawab atas kejadian itu, namun pemerintah Israel me nampik. Sehari berikutnya, Hamas menyatakan menarik diri secara formal dari gencatan senjata yang telah berlangsung 16 bulan, dan mulai menembakkan roket ke Israel. 25 JUNI 2006 Dua tentara Israel terbunuh, dan seorang lainnya, Gilad Shalit, diculik dalam penyerbuan yang dilakukan oleh Brigade al-Qassam, Komite Perlawanan Populer, dan Tentara Islam.
28 JUNI 2006
Israel melancarkan Operasi Hujan Musim Panas (Operation Summer Rains), untuk menyelamatkan prajuritnya yang diculik. Dalam operasi itu, puluhan warga Palestina tewas. Israel juga menahan 64 pejabat Hamas. Di antaranya delapan menteri di Kabinet Otoritas Palestina, dan 20 anggota parle men. Penahanan 20 anggota parlemen, membuat Hamas kehilangan dominasinya di DPR.
Terhitung sejak September 2005 hingga Juni 2006 saat operasi militer itu dilakukan, Israel menembakkan 9.000 arti leri. Sementara itu, sejak September 2000 hingga Desem ber 2006, Hamas menembakkan 1.300 roket al-Qassam. JULI 2006 Pada korban-korban terluka akibat serangan Israel di dapati ada kegajilan, seperti mengalami kerusakan or gan bagian dalam. Diduga pada operasi militernya Israel menjadikan warga Gaza sebagai kelinci percobaan senjata barunya.
1 NOVEMBER 2006
Israel kembali menggelar Operasi Awan Musim Gugur (Operation Autumn Cloud). Pada operasi ini, Israel menembak sebuah rumah di Beit Lahiya, membunuh 19 warga sipil, dan melukai puluhan lainnya. Serangan ini mendapat reaksi keras dari banyak kalangan. Israel dan Palestina kemudian sepakat melakukan gencatan senjata, dan Israel menarik pasukannya dari Jalur Gaza.