Selasa 12 Aug 2014 05:42 WIB

Perjuangan Palestina Merdeka: Intifada, Roket, dan Surat Suara (5)

Rep: Harun Husein/ Red: Erik Purnama Putra
Militer Israel membombardir bangunan di Jalur Gaza.
Foto: AP Photo
Militer Israel membombardir bangunan di Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, Bila tak ada aral melintang, akhir tahun ini hingga awal tahun depan, Palestina akan menggelar pemilu presiden dan pemilu legislatif. Pemilu ketiga di Tanah Palestina ini akan digelar setelah Fatah dan Hamas berhasil mencapai rekonsiliasi, dan membentuk pemerintahan bersatu.

Namun, baru saja Fatah dan Hamas bergandengan, Israel yang tak menolak pemerintahan bersatu itu, melancarkan operasi militer yang meluluhlantakkan Jalur Gaza, membunuh hampir dua ribu jiwa, dan melukai sekitar 10 ribu orang lainnya. Berikut lika-liku perjuangan Palestina-satu-satunya anggota Konferensi Asia Afrika yang belum merdeka--untuk memerdekakan diri, tiga dekade terakhir:

JANUARI 2008

PBB menyampaikan hasil studinya bahwa blockade Israel atas Gaza yang dihuni 1,5 juta orang telah melampaui batas, sebab penduduknya menjadi sangat kesulitan pangan dan berbagai kebutuhan lainnya. Banyak dari warga Gaza kemudian yang menyeberang ke Mesir untuk mencari makanan dan kebutuhan lainnya.

29 FEBRUARI 2008

I srael kembali melancarkan operasi militer, yang dinamai Operasi Musim Dingin yang Panas (Operation Hot Winter). Sebanyak 112 warga Palestina yang kebanyakan warga sipil kembali dibunuh. Para pejuang Hamas juga membunuh tiga tentara Israel.

Operasi militer Israel ini kembali mendapat reaksi keras. Demonstrasi digelar di banyak negara untuk mengutuknya. AS, sang induk semang, memperingatkan Israel bahwa pembunuhan warga sipil melanggar hukum internasional. Mahmud Abbas menyebut tindakan Israel membunuh warga sipil seperti perempuan dan anak-anaknya, lebih buruk ketimbang Holocaust. Saudi Arabia pun menyebut tindakan Israel sebagai kejahatan perang seperti yang dilakukan Nazi.

3 MARET 2008

Israel menarik pasukannya dari Jalur Gaza.

23 MARET 2008

Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, mensponsori pertemuan rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah. Pertemuan yang berlangsung di Istana Presiden di Sanaa, itu, dihadiri oleh Deputi Kepala Politbiro Hamas, Musa Abu Marzuk, dengan pemimpin Fatah, Azzam al Ahmad. Kedua belah pihak sepakat rujuk dan kembali menyatukan Tepi Barat dengan Jalur Gaza, meski langkah riilnya tersendat.

19 JUNI 2008

Mesir mensponsori gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Gencatan senjata disepakati selama enam bulan, yang berakhir 19 Desember.

27 DESEMBER 2008

Baru saja gencatan senjata berakhir, Israel kembali melakukan operasi militer brutal, yang dinamai Operasi Cast Lead. Kali ini, korbannya semakin banyak, karena hampir 1.500 warga Palestina terbunuh. Israel juga membombardir masjid, sekolah, dan rumah sakit. Pembantaian ini berakhir pada 18 Januari 2009, dan tiga hari kemudian Israel menarik pasukannya. Tiga belas tentara Israel tewas dalam operasi ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement