REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel tahu bukan Hamas pelaku penculikan dan pembunuhan tiga remaja Yahudi di Tepi Barat, tapi mengeksploitasi tragedi itu untuk membangkitkan sentimen anti-Arab, meraih simpati dunia, dan menggempur Jalur Gaza.
Mesin-mesin perang Israel kembali mem bombardir Jalur Gaza, Palestina, sejak perte ngahan tahun ini, dan masih berlanjut hing ga akhir pekan lalu, saat negosiasi gencatan senjata Palestina-Israel berlangsung di Mesir. Sudah hampir dua ribu warga Gaza terbunuh oleh aksi state terrorism ala negara zionis itu. Ini merupakan korban jiwa terbanyak dibanding operasi-operasi militer sebelumnya. Apa target Israel sesungguhnya?
Pembantaian keji dan genosida di Gaza, itu, berlangsung di tengah bulan madu rekonsiliasi Hamas-Fatah. Setelah tujuh tahun bertikai, yang membuat Palestina terpecah—Tepi Barat diperintah Fatah, dan Jalur Gaza diperintah Hamas—kedua faksi akhirnya berhasil membentuk pemerintahan bersatu, 2 Juni lalu.
Terbentuknya pemerintahan bersatu ini merupakan buah pertemuan Presiden Mahmud Abbas dan Perdana Menteri Ismail Haniya di Gaza City, 23 April lalu. Pemerintahan bersatu yang bersifat transisi, ini, salah satu tugasnya adalah mem persiapkan pemilu presiden dan pemilu legislatif, yang direncanakan digelar akhir tahun ini, hingga awal tahun depan.
Sekadar informasi, terakhir kali pe merintahan bersatu Fatah-Hamas ter bentuk pada Maret 2007 lalu. Peme rin tahan Persatuan Nasional ini dibentuk setelah pemerintahan yang dibentuk Hamas pada Maret 2006, mendapat banyak tantangan. Pemerintahan Hamas yang legitimasinya berasal dari hasil pemilu yang demokratis, dan dipimpin Ismail Ha niyah, itu, justru tidak diakui bahkan dikenai sanksi ekonomi oleh negara-negara Barat. Dari dalam, pertikaian Fatah- Hamas juga mengeras.
Tapi, Pemerintah Persatuan Nasional yang juga dipimpin Ismail Haniya itu lagilagi berumur singkat, hanya tiga bulan. Sebabnya, pertikaian Hamas-Fatah justru menjelma menjadi pertempuran terbuka dan perpecahan. Juni 2007, pemerintahan bersatu bubar. Fatah kemudian memerin tah Tepi Barat, sedangkan Hamas me merintah di Jalur Gaza.
Sejak perpecahan itulah, Israel leluasa membombardir Gaza, setelah dua tahun sebelumnya Israel mengepung Gaza dengan tembok sepanjang 60 kilometer. Di tambah 10 kilometer tembok yang di bangun Mesir atas bantuan AS, total tem bok yang mengelilingi Gaza sekitar 70 kilometer, atau separuh panjang Tembok Berlin.
Sementara, sisi barat Gaza yang berhadapan dengan Laut Mediterania, juga terus ditongkrongi kapal-kapal perang Israel, menjadikan kawasan laut ini pun bak tembok tak kasat mata. Sehingga, sempurnalah Gaza menjadi bak sebuah penjara besar, bahkan sebuah ghetto, yang penduduknya dibombardir tanpa bisa lari ke mana pun.