Selasa 12 Aug 2014 07:42 WIB

Israel Ingin Hancurkan Pemerintahan Bersatu Palestina

Rep: Harun Husein/ Red: Erik Purnama Putra
Masjid Al Farouk di Jalur Gaza rata dengan tanah diserang roket militer Israel.
Foto: AP Photo
Masjid Al Farouk di Jalur Gaza rata dengan tanah diserang roket militer Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Banyak analis yang menilai, tujuan utama aksi militer Israel saat ini adalah menghancurkan pemerintahan bersatu itu. Desain penghancuran itu dimulai sejak peristiwa penculikan tiga remaja Israel, Naftali Fraenkel, Gilad Shaer, and Eyal Yifrah. Ketiganya diculik di Tepi Barat pada 12 Juni lalu, atau sepuluh hari setelah pemerintahan bersatu terbentuk. Jasad ketiga remaja itu kemudian ditemukan tewas di dekat Hebron.

Sampai saat ini tak jelas siapa pelaku penculikan. Pendiri Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Joserizal Jurnalis, saat berkunjung ke redaksi Republika, beberapa waktu lalu, menilai cara penculikan yang dilanjutkan dengan pembunuhan kepada ketiga remaja Israel itu, bukanlah cara-cara Hamas.

Sebab, kalaupun melakukan penculikan, Hamas tidak akan membunuhnya, apalagi mereka remaja dan sipil. Sasaran Hamas, kata Joserizal, adalah militer Israel. Dan kalaupun menculik serdadu Israel, mereka akan menggunakannya untuk kepentingan tukar menukar dengan aktivis Hamas yang ditahan Israel, seperti yang terjadi dengan Kopral Gilad Shalit.

Banyak pihak lain yang berpendapat penculikan itu tidak mungkin dilakukan Hamas. Sheera Frenkel, reporter BuzzFeed, mengaku mendapat informasi dari sumbersumber Palestina, bahwa jika Hamas yang melakukannya, itu merupakan tindakan yang sangat bodoh.

Mengutip Gershon Baskin, pendiri Israel/Palestine Center for Research and Information (IPCRI), Sheera Frenkel mengatakan Hamas baru saja mencapai kesepakatan untuk membentuk pemerintahan bersatu. “Mereka (Hamas) bisa kehilangan kesepakatan rekonsiliasi dengan Abbas jika bertanggung jawab (dalam penculikan).”

Namun, sejak awal Israel menuduh Hamas sebagai pelakunya, kendati tanpa bukti. Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, mengatakan, “Hamas bertang gungjawab, dan Hamas harus membayarnya,” katanya.

Israel pun kemudian melancarkan Operasi Brother Keeper di Tepi Barat dengan dalih untuk mencari ketiga remaja tersebut. Operasi itu menewaskan 10 warga Palestina, dan ratusan orang lainnya di tahan, termasuk pemimpin Hamas di Tepi Barat. Kebanyakan orang yang ditahan Israel itu, adalah orang-orang yang dulu dibebaskan oleh Israel dalam pertu karan tahanan Palestina dengan Gilad Shalit.

Sekadar informasi, pada 25 Juni 2006 silam, para pejuang Palestina menyergap tentara Israel di kawasan perlintasan Karem Shalom, perbatasan selatan Gaza- Israel. Dua tentara Israel dibunuh, semen tara Gilad Shalit diculik. Pada 18 Oktober 2011, Gilad Shalit akhirnya dibebaskan dengan pertukaran 1.027 orang Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Tak lama setelah operasi Israel di Tepi Barat itu, roket-roket pun ditembakkan dari Gaza. Ini merupakan tembakan roket pertama sejak 2012 silam. Pada 29 Juni, Israel melancarkan serangan udara dan membunuh sejumlah pejuang Hamas.

Peristiwa ini kemudian makin mening kat kan serangan roket Hamas ke Israel. Dan, pada 8 Juli, Israel pun kemudian secara resmi melancarkan Operasi Perlindungan Tepi (Operation Protective Edge) ke Gaza, yang membunuh hampir dua ribu orang, serta menghancurkan infrastruktur Gaza termasuk masjid, sekolah, rumah sakit, tempat tinggal penduduk, pembangkit listrik, dan lain sebagainya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement