REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia dan Ukraina sepakat akan mengirimkan misi kemanusiaan Palang Merah ke daerah yang dikuasai oleh pemberontak, Luhansk di Ukraina timur.
Dalam pernyataannya, Palang Merah mengaku siap menyalurkan bantuan. Namun, Palang Merah masih membutuhkan penjelasan lebih detail terkait bantuan apa saja yang diberikan Rusia sebelum disalurkan.
"Semua pihak juga harus menjamin keamanan staf Komite Palang Merah Internasional (ICRC) dan kendaraannya," kata Laurent Corbaz dari ICRC. Lanjutnya, ICRC tidak akan menerima bantuan persenjataan.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyatakan telah dicapainya kesepakatan itu. Namun menurut juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov, militer Rusia tidak akan terlibat dalam pengiriman bantuan tersebut.
Sementara itu, Presiden Ukraina Petro Poroshenko membenarkan telah dicapainya kesepakatan antara Palang Merah, Uni Eropa, Rusia, Jerman, dan negara lainnya. Lanjutnya, Amerika pun juga akan terlibat dalam misi ini.
Meskipun begitu, Kremlin tidak menjelaskan kapan bantuannya akan dikirimkan. Sebelumnya, Ukraina dan pemerintah Barat keberatan atas adanya pengiriman bantuan dari Rusia.
Pemerintah Ukraina dan negara Barat mencurigai misi kemanusian Rusia ini hanya dilakukan sebagai dalih pengerahan pasukan militer Rusia ke perbatasan. Sekjen Nato Anders Fogh Rasmussen disebutkan turut menuduh Rusia telah menggunakan misi kemanusiaannya sebagai dalih untuk melakukan intervensi militer.