REPUBLIKA.CO.ID, DONETSK -- Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan pada Senin (11/8) bahwa Rusia tetap mengirim konvoi bantuan ke Ukraina Timur, meskipun Barat memperingatkan negara tersebut tidak menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai dalih untuk invasi.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyatakan dengan Rusia mengumpulkan lebih dari 45 ribu tentaranya di perbatasan Ukraina Timur, maka Moskow sangat mungkin melakukan intervensi militer.
Pasalnya, di wilayah tersebut banyak terdapat kelompok Ukraina yang pro-Rusia. Negara-negara Barat percaya bahwa Putin telah terus melakukan kampanye nasionalis di media setelah berhasil mencaplok Krimea dari Ukraina pada Maret lalu.
Kremlin mengirimkan bantuan ke Ukraina Timur dengan sebagian besarnya berbahasa Rusia. Presiden Komisi Eropa, Jose Manuel Barroso, menyampaikan pesan langsung ke Putin dalam sebuah pembicaraan telepon.
"Presiden Barosso memperingatkan setiap tindakan militer sepihak di Ukraina, dengan dalih apapun, termasuk bantuan kemanusiaan," ujar perwakilan Komisi, dilansir dari Reuters, Selasa (12/8).
Kremlin di website resminya juga menyatakan bahwa Moskow memang mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Ukraina Timur yang sebagian besarnya berbahasa Rusia. Rusia bekerja sama dengan perwakilan Komite Internasional Palang Merah (ICRC).
Menurut PBB, lebih dari 1.100 orang tewas di Ukraina Timur, termasuk pasukan pemerintah, pemberontak, dan warga sipil dalam empat bulan terakhir sejak separatis merebut wilayah tersebut.