REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perusahaan minuman kopi yang berbasis di Amerika Serikat, Starbucks, secara resmi mengklarifikasi tudingan dukungan mereka terhadap Israel. Mereka menyatakan tidak mendukung gerakan politik atau agama tertentu.
Huffingtonpost, Senin (5/8) lalu melansir, Starbucks sebagai perusaah maupun individu di dalamanya termasuk CEO Howard Schultz tidak memberi dukungan dana bagi Israel.
''Strarbucks merupakan perusahaan publik. Segala bentuk sumbangan korporasi harus dilaporkan secara terbuka tiap tahunya,'' demikian pernyataan resmi perusahaan minuman kopi internasional itu di laman resminya.
Dalam pernyataan berbentuk tanya jawab itu, terdapat pertanyaan apakah Starbucks menutup cabang di Israel karena alasan politik. Perusahaan yang memiliki cabang di 65 negara ini menyampaikan persoalan itu lebih karena urusan bisnis.
Dalam lasiran yang mereka beri judul 'Facts about Starbucks in the Middle East', mereka mengaku ingin mengembangkan pasar yang lebih luas dan tengah melirik Timur Tengah serta Afrika Utara.
Namun diakui, keputusan itupun tidak mudah, baik bagi Starbucks maupun perusahaan rekanan mereka di Israel. Pernyataan ini pernah juga dilontarkan Starbucks 2010 selalu terkait isu serupa.