REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA -- Jumlah perahu migran yang tiba di Italia melonjak 500 persen pada semester pertama tahun ini, sudah melampaui catatan tertinggi 2011 selama pemberontakan Musim Semi Arab, kata lembaga perbatasan Uni Eropa Frontex Selasa.
Lembaga yang berbasis di Warsawa itu mengatakan 78.300 orang telah tiba di Uni Eropa pada akhir Juli melalui rute Mediterania yang berbahaya dari Libya terutama ke Italia, tetapi juga ke Malta.
Angka ini naik dari 12.915 pada periode yang sama tahun lalu.
Eritrea dan Suriah membuat sebagian besar migran mempertaruhkan perjalanan laut, tetapi banyak negara sub-Sahara Afrika, sebagian besar dari Mali dan Sudan, juga tiba melalui rute itu, kata juru bicara Frontex, Izabella Cooper.
"Libya kini h sangat tidak stabil,, dan itu berarti bahwa jaringan penyelundupan orang berkembang," kata Cooper kepada AFP.
"Tatapi pada saat yang sama, Anda memiliki para pendatang dari sejumlah negara yang yang berperang. Anda memiliki orang-orang Suriah tentu saja, tapi juga warga Eritrea dan Somalia."
Angka-angka untuk tahun ini sejauh ini telah memecahkan rekor untuk semua tahun 2011, ketika pemberontakan Arab Spring menyaksikan 64.300 migran memasuki Uni Eropa melalui rute Mediterania.
Aliran migran melarikan diri dari zona perang dan berangkat dari Libya ke Italia, atau dari Turki ke Yunani atau Bulgaria, telah memicu ketegangan di Uni Eropa.
Kematian ratusan migran perahu yang berusaha mencapai Eropa juga telah mendorong masalah ke mata publik.
Para menteri Uni Eropa bertemu bulan lalu untuk membahas bagaimana membantu Italia berkaitan dengan ribuan migran yang tiba di pantai setiap tahun, banyak dari mereka menempatkan dirinya di tangan para pedagang untuk kemudian mencoba mencapai Eropa, negara pilihan mereka.
Komisi Eropa mengatakan penolakan negara-negara anggota untuk menjadikan lebih fleksibel dalam hal permintaan suaka yang memicu krisis.