REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Para pegiat pro-Palestina, Selasa (12/8), mengatakan, mereka akan mengirim kapal-kapal tahun ini ke Jalur Gaza untuk mematahkan blokade angkatan laut Israel. Tindakan itu mengulangi aksi empat tahun lalu yang berakhir dengan naiknya marinir ke satu kapal yang membawa bantuan kemanusiaan dan menewaskan sembilan warga Turki.
Koalisi Armada Pembebasan (FFC-Freedom Flotilla Coalition) terdiri atas 10 kelompok hak asasi manusia dari 10 negara, tidak menyebutkan secara khusus berapa jumlah kapal yang akan ikut armada itu atau kapan. Israel menganggap Yayasan Pertologan Kemanusiaan (IHH) yang bermarkas di Istanbul, satu peserta terkemuka, sebagai satu kelompok teroris.
"Adalah tanggung jawab masyarakat sipil untuk menantang blokade ini. Kami berencana akan berlayar ke Gaza pada tahun 2014," kata Ann Ighe, seorang juru bicara berkebangsaan Swedia koalisi itu, setelah satu pertemuan di Istanbul para pegiat pro-Palestina dari 10 negara.
Israel, yang ikut dalam perundingan yang ditengahi Mesir dengan Hamas untuk menghentikan perang satu bulan, meremehkan rencana para pegiat itu dan mengisyaratkan blokade itu akan diperkuat.
"Mereka seharusnya tidak melakukan itu dengan alasan hak asasi manusia atau bantuan kemanusian. Mereka ingin melanjutkan konflik," kata Paul Hirschson, seorang juru bicara kementerian luar negeri Israel, yang menyatakan pengumuman armada sebelumnya tidak dilakukan.
"Blokade angkatan laut ditetapkan secara sah dan disetujui PBB. Itu diberlakukan karena adanya teror terhadap publik Israel."
Awal tahun ini, polisi anti-teror Turki menyerbu kantor-kantor IHH, badan utama di mana Tuki menyalurkan bantuan ke Suriah, dalam satu usaha yang kata kelompok itu adalah satu persekongkolan untuk menodainya.
IHH membantah laporan-laporan media saat itu bahwa pihaknya terlibat dalam pengiriman-pengiriman senjata ke kelompok-kelompok Al Qaida di Suriah. Pada tahun 2010, IHH yang memimpin satu armada termasuk kapal pesiar Mavi Marmara, yang membawa bantuan kemanusiaan ketika dicegat di perairan internasional oleh angkatan laut Isrel.
Marinir menyerang Mavi Marmara dan membunuh sembilan warga Turki dalam bentrokan di dek. Orang kesepuluh meninggal Mei akibat luka-luka yang dialaminya dalam insiden yang merusak hubungan antara Israel dan Turki, satu-satu sekutu di Timur Tengah.
Satu penyelidikan PBB yang diangkat Sekjen PBB Ban Ki-moon menyalahkan Israel karena menggunakan kekuatan militer berlebihan terhadap Mavi Marmara tetapi juga memutuskan blokade Gaza merupakan satu alat hukum untuk mencegah senjata-senjata masuk ke para pejuang Palestina di wilayah itu.
Para pegiat tidak akan meminta dukungan dari perintah Turki, seperti pengawalan militer, karena mereka adalah satu missi non-pemeritnah "tidak melakukan aksi kekerasan", kata Dror Feiler, seorang warga Swedia kelahiran Israel yang ikut serta dalam missi tahun 2010.
Rencana itu mungkin menghambat usaha-usaha membangun kembali hubungan Israel-Turki, sementara Ankara meresmikan satu "koridor udara" yang akan membawa para warga Palestina yang cedera ke Turki dan bantuan ke Gaza.