Kamis 14 Aug 2014 19:47 WIB

Tolak Kebrutalan ISIS, Pemuka Islam di Sydney Diancam Mati

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pemuka agama Islam di Sydney, Australia, Dr Jamal Rifi dan keluarganya menerima ancaman pembunuhan. Ancaman serius ini terjadi  setelah dia secara terbuka menentang aksi terorisme brutal warga Muslim Australia yang bergabung dengan ISIS di Timur Tengah.

Ancaman terhadap Dr Jamal Rifi dan keluarganya muncul di media sosial Twitter. Ironisnya, Dr Rifi sebelumnya menyatakan saat ini semakin sulit memberantas radikalisme di kalangan umat karena faktor media sosial.

Dr Rifi secara terbuka mengecam aksi-aksi dua warga Australia, Khaled Sharrouf dan Mohamed Elomar, di Irak dan Suriah. Kedua orang tersebut kini dimasukkan ke dalam daftar teroris oleh aparat berwajib Australia, dan polisi telah mengeluarkan surat perintah penangkapan atas keduanya.

Sharrouf adalah ayah dari seorang bocah Australia berusia tujuh tahun yang menghebohkan dunia karena fotonya memegang kepala yang terpenggal. Foto bocah tersebut diduga diposting oleh Sharrouf sendiri. Tindakan inilah yang disebut Dr Rifi sebagai bertentangan dengan tujuan perjuangan yang diklaim Sharrouf sendiri.

"Masyarakat kami sangat marah melihat perbuatan Sharrouf tersebut," kata Dr Rifi, baru-baru ini.

Sementara itu, Ketua Dewan Imam Australia Professor Ibrahim Abu Mohammed,kepada ABC mengemukakan, kalangan ekstrimis ini perlu dididik kembali. "Kami berusaha keras melakukan hal ini. Kami melibatkan anak-anak muda yang lahir di sini untuk mendidik sesamanya anak muda agar terhindar dari radikalisasi," katanya.

Ia meminta pemerintah agar warga Australia yang turut ambil bagian dalam konflik di Timur Tengah tidak dilarang kembali ke Australia.

Jika kita melarang mereka kembali, mereka akan benar-benar menjadi teroris. Kita harus merangkul dan mendidik mereka kembali," jelas Prof. Ibrahim.

"Jangan menolak mereka untuk kembali, karena jika hal itu kita lakukan, kita bukannya memerangi terorisme melainkan hanya memindahkannya ke tempat lain," tuturnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement