Kamis 14 Aug 2014 18:32 WIB

Pentagon: Kecil Kemungkinan AS Selamatkan Pengungsi Irak

Markas Departemen Pertahanan AS, Pentagon.
Foto: AP Photo
Markas Departemen Pertahanan AS, Pentagon.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pentagon, Rabu (13/8), mengatakan jumlah pengungsi Yazidi terjebak di gunung Sinjar di Irak utara jauh lebih sedikit daripada yang diperkirakan dan mereka dalam keadaan lebih baik daripada yang diduga.

"Berdasarkan atas hasil penilaian, kami menetapkan bahwa kemungkinan dilakukan upaya pengungsian jauh lebih kecil," kata Juru Bicara Pentagon Laksamana John Kirby dalam pernyataan setelah tentara AS dikirimkan ke gunung itu untuk melihat langsung nasib pengungsi tersebut.

Badan pengungsi PBB mengatakan puluhan ribu warga sipil, yang sebagian besar merupakan anggota kelompok minoritas Yazidi, disudutkan di gunung oleh kelompok gerilyawan dari Negara Islam (ISIL), yang telah melancarkan serangan besar-besaran di Irak dan Suriah.

Kirby menekankan bahwa pasukan AS melihat langsung warga sipil yang terjebak di gunung tidak terlibat dalam pertempuran apapun. Pekan lalu, Presiden Barack Obama memerintahkan serangan udara untuk melindungi pengungsi Yazidi dan personil AS di Arbil, ibukota wilayah otonomi Kurdi, Irak, tapi ia juga telah menegaskan bahwa pasukan tempur AS tidak akan kembali berperang di negara yang tidak stabil itu.

"Tim yang terdiri kurang dari 20 personil itu, tidak terlibat dalam operasi tempur, dan semua personil telah kembali dengan selamat ke Arbil menggunakan pesawat militer," kata Kirby dalam pernyataannya.

Tim telah mendata bahwa jumlah warga Yazidi di Gunung Sinjar jauh lebih sedikit dari yang dikhawatirkan sebelumnya, sebagian karena keberhasilan bantuan kemanusiaan, serangan udara terhadap ISIL, dan keberhasilan ribuan warga Yazidi dievakuasi dari gunung setiap malam selama beberapa hari terakhir.

"Warga Yazidi yang tersisa dalam kondisi yang lebih baik dari sebelumnya karena diyakini terus memiliki akses ke makanan dan air yang telah kami berikan," katanya.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement