Jumat 15 Aug 2014 03:15 WIB

Sejak Serangan Israel ke Gaza, 4.500 Bayi Lahir

Rep: Friska Yolandha/ Red: Chairul Akhmad
Seorang ibu dan anaknya di Jalur Gaza.
Foto: REUTERS/Suhaib Salem/ca
Seorang ibu dan anaknya di Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, KHAN YOUNIS – Setidaknya 4.500 bayi telah lahir sejak operasi militer Israel di Jalur Gaza yang dimulai pada 8 Juli 2014. Pada 2013, 66 ribu bayi lahir di Jalur Gaza.

Biro Pusat Statistik Palestina mengungkapkan, 5.500 bayi lahir setiap bulan. Populasi Gaza diperkirakan mencapai 2,1 juta orang pada 2020.

Meskipun angka kelahiran tinggi, perempuan Gaza juga dihantui oleh tingkat kematian bayi dan keguguran. Selain itu, banyak juga perempuan yang melahirkan bayi prematur.

"Rasa takut menjadi penyebab tingginya bayi yang lahir prematur," kata Yasmine Wahba, seorang dokter bersalin di rumah sakit di Nasser kepada Aljazirah, Kamis (13/8).

Sedikitnya 15 rumah sakit dan 16 klinik kesehatan masyarakat rusak dalam operasi militer Israel. Kementerian Kesehatan setempat melaporkan, sekitar 13 dari 54 pusat perawatan primer di Gaza terpaksa ditutup karena pemboman Israel. Tujuh dari 21 pusat perawatan PBB juga terpaksa ditutup.

Tutupnya pusat kesehatan memaksa perempuan Palestina melahirkan di rumah dan penampungan tanpa alat dan perawatan medis yang tepat. Meski demikian, warga Palestina belum tergoyahkan.

Salah satunya adalah Haneen Alfarra (30 tahun). Ia melahirkan seorang bayi perempuan satu jam setelah suaminya meninggal karena serangan udara Israel pada 1 Agustus 2014. "Bayi ini lahir untuk mengimbangi (warga Palestina) yang telah diambil oleh Israel," kata Alfarra.

Selain si jabang bayi yang belum diberi nama itu, ia juga memiliki tiga anak lain yang berusia antara dua sampai lima tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement