Ahad 17 Aug 2014 14:13 WIB

Pengunjuk Rasa di Ferguson Tolak Patuhi Jam Malam

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Fernan Rahadi
Polisi terlihat berjaga-jaga usai bentrokan dengan massa di Ferguson, Missouri, beberapa waktu lalu. Kerusuhan terjadi setelah polisi menembak mati seorang warga kulit hitam Rabu (13/8) lalu.
Foto: AP Photo/Jeff Roberson
Polisi terlihat berjaga-jaga usai bentrokan dengan massa di Ferguson, Missouri, beberapa waktu lalu. Kerusuhan terjadi setelah polisi menembak mati seorang warga kulit hitam Rabu (13/8) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, FERGUSON -- Pengunjuk rasa di Ferguson, Missouri menolak mematuhi jam malam yang diberlakukan oleh Gubernur Missouri Jay Nixon, Sabtu (16/8) waktu setempat. Sekitar 200 orang mengabaikan perintah untuk pulang ke rumah saat tengah malam.

"Tidak ada keadilan, tidak ada jam malam," teriak massa, dilansir The Guardian, Ahad (17/8).

Puluhan polisi antihuru-hara berjaga-jaga. Beberapa dari mereka melengkapi diri dengan senapan. Polis berjaga di jalan tempat massa berkumpul sekitar 1,5 jam setelah jam malam diberlakukan.

Massa memprotes penembakan remaja kulit hitam Michael Brown (18 tahun) oleh seorang polisi kulit putih bernama Darren Wilson. Polisi mengatakan Brown diduga merampok sebelum akhirnya ditembak.

Nixon juga mengumumkan kondisi darurat. Pemberlakuan itu diperlukan setelah sekelompok penjarah menghancurkan jendela, melemparkan botol dan merampok tiga toko pada Jumat malam. Nixon mengatakan para penjarah bukan hanya merusak properti, tapi juga protes damai yang dilakukan warga.

"KIta harus memiliki dan menjaga perdamaian. Dunia sedang menyaksikan," kata dia.

Nixon mengatakan media akan diberi akses ke zona jam malam untuk mengawasi dan memastikan transparansi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement