REPUBLIKA.CO.ID, KOTA GAZA -- Agresi militer Israel selama hampir dua bulan terhadap Jalur Gaza telah membuat daerah kantung Palestina itu menderita kerugian sebanyak enam sampai delapan miliar dolar AS, kata seorang pejabat Palestina pada Senin (18/8) waktu setempat.
"Setelah lebih dari 40 hari agresi militer dan blokade Israel, wilayah tersebut sekarang menjadi daerah yang porak-poranda dan memerlukan upaya terpadu guna membangunnya kembali," kata Mufeed Al-hasayna, Menteri Perumahan dan Pekerjaan Umum di Pemerintah Persatuan Palestina, dalam satu lokakarya yang diselenggarakan di Kota Gaza.
"Dalam waktu enam tahun terakhir, Israel melancarkan tiga perang terhadap Jalur Gaza dan mempertahankan blokade ketat yang diberlakukannya atas wilayah ini," ujar Al-Hasayna.
"Perang ini adalah yang paling berat dan paling lama dan telah mengakibatkan konsekuensi negatif pada rakyat serta kondisi hidup mereka," sambungnya.
Dalam lokakarya itu, wakil dari organisasi internasional dan negara donor membahas cara menyelenggarakan proses pembangunan kembali di Jalur Gaza, terutama penyelesaian masalah sebanyak 250 ribu orang Palestina yang rumah mereka hancur selama perang. "Sebanyak 20 ribu unit rumah hancur total atau rusak sangat parah dan tak layak dihuni, sementara ada 40.000 unit rumah yang memerlukan perbaikan," kata Al-Hasayna.
"Juga ada kebutuhan mendesak untuk mengumpulkan puing dari rumah yang hancur," tambah Al-Hasayna.
Lebih lanjut Al-Hasayna mengatakan Pemerintah Persatuan melancarkan upaya yang sangat besar untuk melakukan pencarian di seluruh wilayah Jalur Gaza, sementara mencatat semua kerugian ekonomi, terutama pada sektor perumahan, industri pertanian dan perikanan.