REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Perdana Menteri Australia Tony Abbott menyatakan komentar anggota parlemen Clive Palmer tentang China "sangat berlebihan dan keliru".
Ketua Partai Palmer United Party (PUP) Clive Palmer yang juga pengusaha ternama Australia menuding pemerintah China sebagai "bajingan" yang "menembaki rakyatnya sendiri".
Pernyataan Palmer itu diungkapkan dalam Program Q&A ABC, Senin (18/8) malam lalu, dan langsung memicu kecaman terutama dari pemerintah Australia.
Pemerintah Australia saat ini sedang dalam tahap negosiasi perjanjian perdagangan bebas dengan pemerintah China. Menurut PM Abbott, komentar Palmer itu sangat disesalkan. "Semua politisi, kalau bicara seharusnya konstruktif. Kadang sebagian bisa seperti itu, namun yang lainnya belum tentu bisa," katanya, baru-baru ini.
"Yang pasti, pernyataan Palmer di ABC itu sudah berlebihan dan keliru," tegas PM Abbott.
Namun, komentar Palmer tersebut telah disoroti oleh media di China seperti tabloid Global Times, yang mengecam Palmer dalam editorialnya.
"China tidak bisa melupakan orang ini begitu saja atau menunjukkan sikap lunak hanya karena pemerintah Australia mengecam pernyataan itu," demikian dikatakan Global Times.
"China harus mengingat bahwa sikap Palmer itu merupakan simbol betapa masyarakat Australia memiliki sikap tidak bersahabat kepada China," tambah tabloid yang dikontrol pemerintah ini.
Global Times mendesak pemerintah China menjatuhkan sanksi kepada Palmer dan perusahaannya, termasuk membatalkan semua kontak bisnis dengan Palmer.
"Sanksi juga bisa dijatuhkan kepada semua perusahaan Australia yang memiliki kesepakatan bisnis dengan perusahaan Palmer," tambah Global Times.