REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Lebih dari seribu orang berunjuk rasa di Melbourne untuk memprotes rencana Pemerintah Federal merestrukturisasi sistem pendidikan tinggi.
Beberapa pengunjuk rasa bahkan membakar boneka papan yang dibuat menyerupai Menteri Pendidikan Federal, Christopher Pyne.
Salah seorang demonstran, Emma Dook, mengatakan, rencana perubahan anggaran universitas yang diajukan Pemerintah tersebut akan merugikan mahasiswa dari kelas pekerja yang kurang mampu. “Kami pikir pendidikan gratis adalah solusi yang paling tepat. Menurut kami, hal itu bisa tercapai dengan mengenakan pajak yang lebih besar terhadap orang kaya, memajak orang seperti Gina Rineheart dan sejenisnya, dengan jumlah yang jauh lebih tinggi dari yang mereka bayarkan sekarang ini, (dan) memajak perusahaan-perusahaan besar,” tutur Emma berapi-api.
Partai Hijau mendukung aksi mahasiswa
Pejabat Partai Hijau dan anggota Parlemen asal Melbourne, Adam Bandt, mengatakan kepada para pengunjuk rasa di luar Perpustakaan Kota bahwa Pemerintah tak mengamalkan nilai-nilai Australia modern seperti belas kasih dan kesetaraan. “Demokrasi yang sehat bergantung pada populasi yang terdidik dan pendidikan harusnya tak hanya menjadi hak orang kaya,” jelas Adam.
Para mahasiswa meminta Pemerintah meninggalkan rencananya untuk merombak sektor pendidikan tinggi.
Mereka mengatakan, kebijakan untuk meregulasi biaya universitas akan menciptakan sebuah sistem pendidikan bergaya Amerika yang berkelas-kelas, memaksa mahasiswa miskin kelas pekerja jatuh ke dalam jeratan hutang.
Pada bulan Mei lalu, Pemerintah mengungkap rencana untuk meregulasi ulang biaya universitas mulai tahun 2016, membuat kampus-kampus dapat menarik biaya semau mereka.
Perubahan ini juga akan menimbang peningkatan bunga pada pinjaman mahasiswa, dan tingkat pendapatan mahasiswa nantinya jika mereka mulai terpaksa membayar pinjaman dengan jumlah lebih rendah.
Serikat Pendidikan Tinggi Nasional (NTEU) mengatakan, itikad Pemerintah untuk menegosiasi beberapa aspek kebijakan tersebut, misalkan tingkat bunga, tak cukup baik.