REPUBLIKA.CO.ID, PNOM PENH -- Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengatakan negaranya menemukan adanya kasus yang berkaitan dengan penyakit virus Ebola yang kini sedang melanda Afrika Barat. Pernyataan itu disampaikan setelah rumor di media sosial dalam beberapa hari terakhir bahwa Ebola ditemukan di Kamboja.
"Tidak ada Ebola di Kamboja sejauh ini," kata perdana menteri dalam upacara wisuda mahasiswa di Beltei International Institute. Dia mengatakan, negara telah mengambil langkah-langkah mendesak untuk mencegah virus mematikan Ebola dengan memasang sensor suhu tubuh di pemeriksaan bandara dan pos pemeriksaan perbatasan.
Menteri Kesehatan Mam Bunheng mengatakan pada awal bulan ini, bahwa Ebola beresiko sangat rendah bagi kesehatan masyarakat Kamboja, karena konektivitas wisata cukup rendah antara Kamboja dan Afrika Barat di mana wabah itu saat ini tetap menjadi perhatian kesehatan masyarakat.
Mengenai mengurangi risiko paparan Ebola, Bunheng menyarankan warga Kamboja yang bepergian ke daerah-daerah agar menjaga kewaspadaan dan mengadopsi tindakan pencegahan kesehatan umum. "Untuk itu perlu mencuci tangan sesering mungkin dan hindari kontak langsung dengan darah, cairan atau cairan tubuh lain dari orang hidup yang terinfeksi atau orang mati maupun hewan," katanya.
"Untuk itu juga perlu menghindari kontak dengan orang yang telah terkontaminasi dengan cairan tubuh yang terinfeksi seperti pakaian kotor, sprei, atau jarum yang digunakan."
Ebola penyakit virus, sebelumnya dikenal sebagai Ebola Dengue, adalah penyakit langka yang menyebabkan parah, penyakit sering fatal pada manusia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ada beberapa wabah Ebola di Afrika sejak virus itu pertama kali muncul pada tahun 1976.
Data terbaru WHO mengenai wabah Ebola mengungkapkan 1.350 orang telah meninggal karena penyakit itu di Guinea, Liberia, Nigeria dan Sierra Leone sejak Maret lalu.