REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengumumkan rencana untuk memperkenalkan alat pemindai sidik jari di pasar swalayan. Guna menghentikan penyelundupan makanan yang ditudingnya menyebabkan keluhan akan kelangkaan makanan di negaranya.
Pengendalian harga di Venezuela membuat harga bahan makanan pokok menjadi 10 kali lebih murah dibandingkan negara-negara tetangga.
Maduro menyalahkan kelangkaan pangan itu disebabkan oleh ulah para pembeli yang memborong makanan dengan harga murah untuk diselundupkan ke perbatasan, khususnya ke Kolumbia demi meraup keuntungan.
Cara baru akan diterapkan dengan memakai alat pemindai untuk mencegah orang berulangkali memborong makanan di pasar swalayan dalam jumlah yang tidak wajar.
"Pengawasan diberlakukan dengan memakai biometrik di seluruh toko swalayan dan jaringan pengecer serta tempat perdagangan lain di seluruh negeri," kata Maduro ketika mengumumkan langkah tersebut. "Sistem biometrik akan sempurna."
Meskipun menyandang predikat sebagai pemilik cadangan minyak terbesar di dunia, Venezuela terjerumus dalam krisis ekonomi ditandai dengan defisit, kelangkaan dan inflasi yang mencapai 60 persen ketika pemerintah berhenti mengumumkan angkanya sejak dua bulan lalu.
Rencana penerapan pemeriksaan sidik jari itu mendapat kecaman keras dari pihak oposisi yang membandingkannya dengan ransum komunis.
"Ini seperti buku ransum Kuba. Pemerintah tidak bisa mengira apa yang akan dimakan oleh masing-masing keluarga," kata anggota parlemen Alfonso Marquina dari Partai Keadilan Pertama.
Awal bulan ini Venezuela mulai menutup perbatasan sepanjang 2.200 km dengan Kolumbia setiap malam untuk memerangi penyelundupan. Tetapi banyak kritikan termasuk dari Kolumbia yang mengatakan bahwa tindakan itu sangat kecil pengaruhnya untuk menyelesaikan masalah.