Sabtu 23 Aug 2014 15:01 WIB

Siang-Malam Memaki Hitler Israel Malah Menirunya (5-habis)

Reruntuhan rumah warga Gaza di kawasan Khan Younis.
Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis/ca
Reruntuhan rumah warga Gaza di kawasan Khan Younis.

Oleh: Harun Husein     

Restriksi bagi warga Gaza dalam mendapatkan makanan, air, dan keperluan medis, dan peningkatan kasus kurang gizi dan pengangguran, juga membangkitkan memori pada Nazi, yang mencekik ghetto secara perlahan, seperti yang digambarkan Richard Falk, mantan pelapor khusus PBB tentang hak-hak asasi bangsa Palestina.

Terowongan-terowongan yang dibangun di Gaza, juga sama seperti di Ghetto Warsawa. Ketika orang-orang Yahudi menggunakan terowongan untuk menyelundupkan makanan dan barang-barang penting lainnya ke dalam ghetto.

Pada 29 Februari 2008 lalu, Wakil Menteri Pertahanan Israel, Matan Vilnai, juga menggunakan istilah yang berbau holocaust untuk Gaza. Dia mengatakan bangsa Palestina akan membawa Shoah yang bahkan lebih besar kepada diri mereka sendiri, jika mereka tidak berhenti menembakkan roket al-Qassam ke Israel. Shoah adalah perkataan Ibrani untuk holocaust.

Bahkan, satu lagi gambaran yang menghubungkan Gaza dengan Ghetto Warsawa, adalah apa yang digambarkan oleh petinggi Hamas, Mahmoud al-Zahar. Dia kerap menggambarkan serangan Israel ke Gaza sebagai sebuah perang total.

Bahasa ini, tulis Aljazeera, jelas dimaksudkan untuk menghubungkan aksi Israel di Gaza sebagai sebuah genosida, seperti yang dilakukan Jerman selama Perang Dunia II. “Jika semua perbandingan ini telah terjadi, maka perbandingan Gaza-Ghetto Warsawa akan benar-benar nyata, menjadi sebuah holocaust untuk bangsa Palestina.”

Apa yang dilakukan Israel terhadap Muslim-Palestina ini, sangat jauh berbeda dengan yang pernah dilakukan Muslim kepada Yahudi di masa silam. Dalam pidatonya di Kota Ordu, Erdogan antara lain mengingatkan Israel bahwa dulu, di bawah Khilafah Usmani, orang Yahudi justru dilindungi. “Tidakkah kalian malu? Betapa tidak bermoralnya kalian,” katanya.

Erdogan juga mengingatkan bahwa sejarah mengajarkan tidak ada kekejaman yang abadi. “Kekejaman sistematis, pembantaian, dan genosida yang terus berlangsung sejak 1948, pasti akan dibayar, cepat atau lambat. Tangis anak-anak (Gaza), pasti akan terjawab,” tandas Erdogan.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement