Ahad 24 Aug 2014 04:57 WIB

WN Inggris Terjangkit Ebola di Sierra Leone

Rep: c88/ Red: Agung Sasongko
Petugas Kesehatan menyisir wilayah yang diduga terjangkit Ebola di Monrovia, LIberia
Foto: Reuters
Petugas Kesehatan menyisir wilayah yang diduga terjangkit Ebola di Monrovia, LIberia

REPUBLIKA.CO.ID, FREETOWN -- Seorang warga negara Inggris yang tinggal di Sierra Leone diketahui positif mengidap ebola. Pada Sabtu (23/8), Kepala Departemen Kesehatan Inggris mengatakan ini adalah kasus pertama ebola yang menyerang warga Inggris.

Dari 2.615 kasus ebola, 1.427 di antaranya dilaporkan meninggal. Warga yang meninggal disebabkan karena demam yang diikuti pendarahan. Virus ebola telah menyerang negara-negara di bagian barat Afrika sejak Maret lalu.

Kepala Deputi Medis, John Watson mengonfirmasi kabar tersebut. Ia mengatakan tenaga medis telah dikerahkan untuk mengatasi situasi  di Sierra Leone guna memastikan perawatan yang memadai.

“Secara umum risiko ebola sampai ke Inggris sangat rendah,” ujar Watson. Namun sejauh ini belum ada keterangan lebih detil mengenai kabar WN Inggris yang terkena virus ebola itu.

Ebola, yang menular lewat kontak langsung dengan penderita lewat cairan tubuh, mayoritas menyerang para tenaga medis atau relawan yang bekerja dekat dengan penderita ebola. Sebagian besar kasus ebola ditemukan di daerah perbatasan antara Guinea, Sierra Leone, dan Liberia. Namun penyebaran ebola makin meluas setelah pada bulan lalu seorang warga negara AS meninggal akibat ebola. Ia terpapar virus ebola sesaat setelah tiba di Nigeria.

Pada 5 Agustus, British Airways mengumumkan maskapainya menghentikan sementara penerbangan ke Sierra Leone. Penerbangan dihentikan hingga 31 Agustus karena melihat semakin memburuknya kondisi kesehatan di Sierra Leone.

Kementrian Luar Negeri Inggris memeperingatkan warganya untuk memikirkan kembali jika hendak berkunjung ke Sierra Leone, Guinea, atau Liberia.  “Fasilitas kesehatan di Sierra Leone belum cukup memadai untuk menangani ebola dan tidak dapat menyediakan perawatan kesehatan yang standarnya sama dengan Inggris,” demikian isi peringatan yang dikeluarkan oleh Kementrian Luar Negeri Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement