Ahad 24 Aug 2014 14:13 WIB

AS Ancam Tambah Sanksi Terkait Konvoi Rusia di Ukraina

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Bilal Ramadhan
Konvoi bantuan kemanusiaan Rusia tertahan di luar kotaKamensk-Shakhtinsky, Rostov, sekitar 30 km dekat perbatasan Rusia-Ukraina, Senin (18/8).
Foto: EPA/Yuri Kochetkov
Konvoi bantuan kemanusiaan Rusia tertahan di luar kotaKamensk-Shakhtinsky, Rostov, sekitar 30 km dekat perbatasan Rusia-Ukraina, Senin (18/8).

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Amerika Serikat meminta Rusia memindahkan konvoi bantuan yang dikirimkannya ke Ukraina timur. AS menuduh Rusia melanggar kedaulatan Ukraina dan mengancam akan memberi lebih banyak sanksi.

Rusia memperingatkan agar konvoi itu tidak diganggu. Rusia mengaku konvoi tersebut merupakan bantuan kemanusiaan. Namun, Rusia tidak menjelaskan langkah apa yang akan ditempuh jika militer Ukraina turun tangan. Ribuan tentara Rusia telah diturunkan di perbatasan Rusia dengan Ukraina.

Komandan tinggri militer NATO mengatakan konvoi truk kemanusiaan tersebut adalah upaya untuk mempersenjatai kembali pasukan separatis. Wakil penasehat keamanan nasional Gedung Putih Ben Rhodes mengatakan jika konvoi tidak ditarik, Rusia akan menghadapi "risiko tambahan".

"Kita sebelumnya telah melihat penggunaan artileri Rusia di Ukraina," ujar dia, Jumat (22/8).

Rusia membantah mempersenjatai militer separatis. Meski demikian, AS dan Uni Eropa telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia. NATO telah menerjunkan pasukan tambahan di negara-negara yang berbatasan dengan Rusia, termasuk di Polandia.

Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan masuknya konvoi truk Rusia tanpa izin dari Ukraina merupakan pelanggaran dahsyat atas hukum internasional. Namun, seorang kepala keamanan senior mengatakan pasukan Ukraina akan membiarkan mereka lewat untuk menghindari provokasi.

Ukraina meminta para sekutu internasionalnya bersatu untuk mengutuk dengan mutlak aksi ilegal dan agresif Rusia. NATO mengatakan Rusia berisiko mengalami isolasi internasional. NATO mengesampingkan intervensi militer atas nama Ukraina, meski bukan anggotanya. Eropa enggan meningkatkan sanksi karena hubungan perdagangan dan kebutuhan akan gas Rusia.

Rusia mengatakan pihaknya tidak melanggar hukum internasional. Presiden Rusia Vladimir Putin dalam percakapan telepon dengan Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan Rusia tidak bisa menunggu izin Ukraina lebih lama lagi ntuk menolong warga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement