REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON– Pejabat intelijen Amerika dan Inggris melaporkan hampir mengungkap identitas anggota ISIS yang memenggal jurnalis AS James Foley. Dilansir dari Fox News, Sunday Times melaporkan M15 dan M16, dua badan intelijen Inggris, telah mengidentifikasi pria yang melakukan tindakan brutal tersebut.
Meskipun begitu, mereka belum mengungkapkan identitas pelaku. Seorang sumber konterterorisme mengatakan penyelidikan masih terus dilakukan. Lanjutnya, FBI kembali membuka dokumen krisis tak lama setelah Foley diculik di utara Suriah pada November 2012 silam yang termasuk indikasi intelijen serta wawancara dengan bekas tawanan.
Militan yang memenggal Foley diyakini bergabung dalam kelompok ISIS yang terdiri dari tiga warga Inggris dan dikenal oleh para bekas tawanan sebagai ‘The Beatles’. Dalam sebuah video yang menunjukan pemenggalan Foley, pria tersebut berbicara dalam aksen Inggris yang diyakini oleh para ahli bahasa berasal dari London atau tenggara Inggris.
Salah satu dari anggota ‘Beatle’ itu telah diidentifikasi oleh Sunday Times dan Sunday People sebagai pria yang berusia 2 tahun dan diketahui merupakan Abdel Majid Abdel Bary, mantan artis rap dari Maida Vale di barat laut London.
Bary diyakini telah tiba di Suriah sekitar tahun lalu dan merupakan putra Adel Abdul Bary, seorang pelaku teror dari Mesir yang telah diekstradisi dari Inggris ke AS pada 2012 dan tengah menunggu proses peradilan atas tuduhan keterlibatannya dengan Al Qaeda saat mengebom kedutaan Amerika di Kenya dan Tanzania.
Sementara itu, Sunday Mirror yang mengutip sumber intelijen Inggris, telah mengidentifikasi dua pria lainnya. Mereka dikenal sebagai Abu Hussain al-Britani (20) yang berasal dari Birmingham, dan Abu Abduallah al-Britani (23) yang bersal dari Hampshire.
Menurut The Mail, ketiga pria tersebut dikenal sebagai “John”, “George”, dan “Ringo” dan telah membentuk kelompok penculik spesialis yang menargetkan warga Barat seperti Foley. Bahkan surat kabar tersebut melaporkan para tahanan menyebut kelompok tersebut sangat kejam yang sering kali menyiksa mereka. Mereka pun sempat dilarang menjaga para tahanan karena kekejaman mereka.
‘The Beatles’ juga dilaporkan telah mendapatkan jutaan dolar dari uang tebusan yang dibayar oleh sejumlah negara Eropa. Sementara itu, AS dan Inggris memiliki kebijakan tidak memberikan uang tebusan kepada para kelompok teroris untuk membebaskan warganya yang ditahan.