REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Petro Poroshenko pada Senin (25/8) kemarin membubarkan parlemen. Sementara ketegangan masih tinggi di Ukraina Timur di tengah perang antara pasukan pemerintah dan kaum separatis.
"Kita harus mulai pemurnian dari badan legislatif tertinggi. Susunan Parlemen (Verkhovna Rada) saat ini telah menjadi andalan (mantan presiden Viktor) Yanukovych selama satu-setengah tahun," kata layanan pers Presiden Poroshenko.
Menurut Poroshenko, banyak anggota parlemen adalah 'penjaja langsung dan antek atau setidaknya simpatisan' kaum separatis, dan mereka bersalah atas tewasnya para pegiat pro-Eropa selama protes tahun lalu."Masyarakat telah berubah sangat cepat sehingga anggota parlemen dapat mencerminkan perkembangan sejarah," tambahnya.
Di tengah bentrokan yang terus berkecamuk di Wilayah Lugansk dan Donetsk, Ukraina Timur, Poroshenko mengatakan militer meraih kemenangan di wilayah itu dan keberhasilan pembaruan parlemen adalah proses yang saling berkaitan. "Oleh karena itu, pemimpin dini anggota parlemen adalah bagian dari rencana perdamaian saya," ujarnya.
Poroshenko menuturkan, anggota parlemen akan melanjutkan tanggung jawab mereka sampai parlemen baru terbentuk. "Arseniy Yatsenyuk akan tetap memangku jabatan sementara sampai penggantinya ditetapkan. Ia telah menjadi perdana menteri sejak Februari, setelah penggulingan presiden Viktor Yanukovych," tuturnya.