REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah membentuk tim panel yang akan menyelidiki dugaan kejahatan perang di Gaza. Tim panel yang disebut sebagai Commision of Inquiry ini dibentuk pada Juli lalu untuk memenuhi permintaan Palestina.
Akademisi Kanada William Schabas akan memimpin kelompok tersebut. Schabas adalah tokoh yang dibenci Israel karena merupakan pengkritik keras kebijakan dan kepemimpinan politik negara Yahudi.
Selain Schabas, seorang hakim asal Amerika Serikat Mary McGowan juga bergabung dalam kelompok panel tersebut. McGowan Dia pernah menjabat sebagai komite independen PBB yang menyelidiki temuan mengenai serangan Israel ke Gaza pada Desember 2008 sampai awal Januari 2009.
Anggota panel yang ketiga, Doudou Diene, juga merupakan pengkritik keras kebijakan Israel terhadap warga Palestina saat dia menjabat sebagai penyidik khusus PBB mengenai rasisme pada 2002-2008 lalu.
Keberadaan ketiga sosok ini dalam tim panel tersebut menuai protes. Laporan dari komite itu ditolak oleh Israel dan dikecam habis-habisan oleh Amerika Serikat karena dinilai berat sebelah. Bahkan, Israel menyatakan bahwa panel tersebut sebagai 'pengadilan kangguru' yang bias terhadap negara Yahudi.
Ketiga anggota panel itu akan menyampaikan laporan pertamanya pada Maret 2015. Mereka bertugas menyelidiki perilaku Israel maupun Hamas.
Pada bulan lalu, Schabas kepada Reuters mengatakan bahwa dia siap untuk mengesampingkan pendapatnya di masa lalu mengenai Israel dan Palestina. Pengangkatannya sebagai ketua tim panel memicu kecaman dan kelompok pro-Israel di Amerika Serikat dan Eropa. Sementara beberapa diplomat di Jenewa yang merupakan pengkritik Israel mengatakan bahwa Schabas bukan merupakan pilihan terbaik.
Hingga Senin (25/8) kemarin, sudah lebih dari 2.100 warga Gaza tewas akibat serangan Israel selama tujuh pekan terakhir. Sebagian besar korban adalah warga sipil termasuk 400 lebih anak-anak. Israel beralasan Hamas dengan sengaja menyembunyikan persenjataan dan pasukannya di antara warga sipil. Negara Yahudi itu juga mengatakan bahwa 64 tentara dan empat warga sipil telah menjadi korban dalam konflik di Gaza.