Selasa 26 Aug 2014 15:45 WIB

Korban Tewas Kebrutalan Israel Makin Meningkat

Rep: Dessy Suciati Putri/ Red: Yudha Manggala P Putra
Serangan Israel ke Gaza.
Foto: Reuters
Serangan Israel ke Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Serangan udara Israel kembali menghujani Gaza dan menghantam gedung dan apartemen tertinggi di kota tersebut, Selasa (26/8). Tercatat, setidaknya Israel telah menembakkan serangan udaranya sehingga terjadi ledakan hebat dan melukai 20 orang.

Dilansir dari Aljazeera, sekitar 70 keluarga tinggal di gedung apartemen tersebut. Apartemen yang dihantam roket Israel merupakan gedung perkantoran dan tempat perbelanjaan. Israel pun hingga kini belum mengeluarkan tanggapannya terkait serangan ini.

Menurut laporan dari kontributor Aljazeera, sebelum menembakkan serangan udaranya, Israel memberikan peringatan dengan menembakkan misil tak berpeledak. "Gedung 13 tingkat itu terdiri dari 11 lantai unit pemukiman dan dua lantai gedung perkantoran dan sebuah toko kopi. Lantai tersebut merupakan kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan kantor milik sayap politik gerakan Hamas," katanya.

Sejak gencatan senjata antara Israel dan pejuang Palestina di Gaza berakhir, jumlah warga Palestina yang tewas semakin meningkat. Sebanyak 13 orang pun tewas sejak Minggu malam dalam serangan Israel ini, sehingga jumlah total korban tewas mencapai 2.135 dan 1.915 lainnya terluka. Sedangkan di pihak Israel, tercatat sebanyak 68 orang tewas.

Pada Senin, seorang pemuda berusia 17 tahun dan sekitar 25 orang terluka dalam serangan di masjid Gaza. Menurut Kementerian Agama Gaza, tembakan Israel tersebut telah merusak empat masjid. Sehingga, tercatat 71 masjid telah hancur dalam tujuh pekan konflik ini.

Sementara itu, Qais Abu Leila, pejabat senior Palestina yang terlibat pembicaraan gencatan senjata di Mesir, mengatakan Kairo telah mengajukan gencatan senjata tak terbatas.

Seruan Kairo terakhir yakni mendesak dibukanya perbatasan Gaza dengan Israel dan Mesir untuk menyalurkan bantuan rekonstruksi di pesisir. Hamas dan Israel saling menyalahkan karena menunda kesepakatan tersebut.

sumber : Aljazeera
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement