Selasa 26 Aug 2014 21:10 WIB

Australia Dibanjiri Surat Penipuan

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Surat penipuan yang berhasil diamankan di Australia Barat melonjak hingga tiga kali lipat sejak tahun lalu. Pihak otoritas setempat meyakini jumlah itu hanya sebagian kecil dari surat penipuan yang berhasil diamankan di wilayahnya.

Menteri Perdagangan Australia Barat, Michael Mischin hari ini (26/8) meninjau sebagian dari 346,000 surat penipuan yang berhasil diamankan di Airport Perth selama enam bulan terakhir lewat sebuah operasi gabungan antara Komisi Perlindungan Konsumen dan Pos Australia yang disebut ScamNet.

"Ini tampaknya hanya sekitar 2-3 persen dari total surat penipuan yang berhasil diamankan dalam operasi khusus ini di Australia Barat, dan hanya sekitar 10% dari total surat penipuan di Australia yang berhasil masuk ke Australia Barat,” katanya.

Mischin mengatakan jumlah surat penipuan yang menawarkan cara untuk menjadi cepat kaya dan hadiah palsu beberapa tahun terakhir meningkat tajam.

"Pada tahun 2009 da 3,000 surat yang berhasil diamankan, dan pada tahun 2010 jumlahnya meningkat menjadi 30.000 surat. Tahun lalu ada lebih dari 100 ribu surat yang diamankan dan sejak Februari 2014 lalu berhasil diamankan lebih dari 346,000 surat,” papar Mischin.

Mischin menjelaskan surat penipuan ini dioperasikan oleh jaringan kejahatan terorganisir besar yang saling  berbagi daftar informasi mereka. "Tujuan dari penipuan ini adalah mendorong orang untuk merespon secara umum dengan cara membayar sejumlah kecil uang, seringkali kurang dari $100 namun untuk tujuan mendapatkan rincian data, termasuk data kartu kredit yang kemudian akan mereka gunakan untuk identitas pencurian,” ujarnya.

Mischin mengatakan siapa saja yang menerima tawaran yang terkesan ‘terlalu bagus untuk menjadi kenyataan’ sebaiknya langsung saja dibuang atau meminta penjelasan dari Komisi Perlindungan Konsumen.

"Dengan merespon surat sedemikian, penerima telah membuka pintu bagi dirinya sendiri untuk dibombardir dengan surat penipuan serupa di masa datang, jadi kami sarankan untuk membuang saja semua surat yang mencurigakan ke keranjang sampah,” katanya.

Mischin mengatakan surat penipuan semacam ini paling banyak berasal dari Brunei dan memiliki kotak pos pengembalian di Belanda atau yang lebih umum di Selandia Baru.

Diyakini surat penipuan itu kemudian dikirimkan kembali ke alamat penerima melalui sejumlah kotak pos.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement