REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Presiden Afghanistan Hamid Karzai tidak akan hadir dalam konferensi tingkat tinggi NATO pekan depan. Juru bicaranya Aimal Faizi mengatakan hal itu karena perbedaan pendapat dengan AS mengenai kebutuhan keamanan Afghanistan.
"Hal itu karena pandangan dan posisinya mengenai kelanjutan kehadiran militer AS dan NATO setelah 2014. Tidak ada peubahan mengenai itu dan kondisinya tetap sama," ujar Faizi, Selasa (26/8).
Dia menambahkan Karzai merespon undangan NATO itu dengan mengatakan penerusnya sebagai presiden Afghanistan atau anggota pemerintahannya yang akan hadir. Hubungan Karzai dengan AS memburuk selama masa akhir jabatannya.
Dia menolak menandatangani perjanjian keamanan bilateral dengan AS yang menyatakan militer AS tetap berada di Afghanistan tahun ini. Karzai meminta sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi AS terlebih dulu.
Syarat tersebut antara lain, mengakhiri operasi militer di Afghanistan, mengupayakan kemajuan dalam negosiasi perdamaian dengan Taliban dan mengembalikan tahanan Afghanistan yang dipenjara di Guantanamo.
Penolakan Karzai menandatangani kesepakatan tersebut menimbulkan kekhawatira mengenai masa depan Afghanistan. Pakta serupa dengan negara-negara anggota NATO juga belum ditandatangani.
Sebanyak 350 ribu pasukan keamanan Afghanistan yang menyedot biaya enam miliar dolar AS sebagian besar didanai oleh asing. Jika semua pasukan internasional meninggalkan Afghanistan, negara itu tidak akan mendapatkan uang untuk membiayai pasukannya.
Pejabat di Kabul mengatakan kemungkinan pejabat yang akan menghadiri konferensi NATO adalah menteri pertahanan, namun hal ini belum bisa dikonfirmasi. Konferensi tingkat tinggi yang akan berlangsung pada 4-5 September di Wales itu akan menentukan seberapa besar bantuan yang akan diterima Afghanistan setelah misi pasukan NATO berakhir.