REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Kebutaan atau kesulitan tidaklah membuat Alex Kolberg putus asa untuk bekerja di bidang yang disukainya, yakni memasak. Meski agak bersusah payah, dia akhirnya mendapatkan pekerjaan yang diingininya di Adelaide.
Selama dua setengah tahun, Kolberg berusaha mencari pekerjaan, namun berulang kali mendapat penolakan dan dibilang bahwa dia tidak mungkin bekerja karena penglihatannya yang tidak memadai. Namun sekarang sebuah restoran di Adelaide memberikan kesempatan untuknya bekerja di sana.
Kolberg yang sekarang berusia 20 tahun, lahir dengan kelainan genetis sehingga dia resmi dikategorikan sebagai tuna netra, namun dia selalu suka memasak. Setelah menamatkan sekolah menengah, Kolberg menyelesaikan pendidikan tambahan, Sertifikat 3 untuk hospitality. Sertifikat 3 adalah sertifikat untuk jurusan kejuruan di Australia yang biasanya disyaratkan untuk bisa bekerja di berbagai bidang.
Dia kemudian bekerja sama dengan Yayasan Tuna Netra Australia (Royal Society for the Blind) untuk mewujudkan ambisinya menjadi koki.
Alex Kolberg sekarang bekerja di restoran The Taxpayer bersama pemiliknya, Kristian Livolsi (kanan).
"Semua calon majikan yang saya temui tidak memberi saya kesempatan sama sekali, dan beberapa diantaranya bahkan langsung mengatakan "kamu pasti tidakl mampu", " kata Kolberg, belum lama ini.
"Saya tidak mendukung pendapat tersebut dan terus berusaha," tambahnya.
Dia bekerja sukarela di sebuah cafe selama setahun sehingga dia bisa masuk ke industri ini.
"Menyerah tidak menyelesaikan masalah. Bila kita ingin mencapai sesuatu dalam hidup ini, kita harus berusaha," kata Kolberg lagi.
Enam bulan lalu Kolberg bertemu dengan Kristian Livolsi, pemilik dan koki kepala restoran The Taxpayer di Adelaide.
Sejak hari pertama, Kolberg sudah dilatih untuk mempersiapkan bahan makanan untuk dimasak.
"Di bulan pertama dan kedua saya sudah mulai memasak," tambah Kolberg.
Livolsi sendiri tidak percaya bahwa begitu lama waktu yang diperlukan oleh Kolberg untuk mendapatkan pekerjaan.
"Orang mungkin sudah punya penilaian sendiri, namun ini juga menunjukkan betapa piciknya pemikiran beberapa orang," kata Livolsi.
Livolsi mengakui bahwa pada awalnya dia memiliki kekhawatiran mengenai masalah keselamatan di tempat kerja, karena menempatkan Kolberg di sebuah dapur kecil, dengan banyak benda tajam dan juga peralatan memasak.
"Ada tantangan, namun dalam waktu bersamaan dia juga menantang dirinya sendiri. Jadi saya juga merasa tertantang untuk bisa membantu dia," tambah Livolsi.