REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pengamat Politik Timur Tengah, Mohamed Saleh Shafiq, menilai gencatan senjata antara Israel dan Gerakan Islam Hamas di Jalur Gaza, Palestina, untuk mengakhiri tujuh pekan konflik bersenjata, rentan gagal.
"Serupa dengan sejumlah gencatan senjata kedua pihak sebelumnya, kesepakatan kali ini pun diperkirakan gagal di tengah jalan," kata Shafiq dalam perbincangan dengan Antara di Kairo, Mesir, Rabu.
Menurut pandangan kolomnis politik itu, kegagalan penerapan gencatan senjata tersebut karena kedua pihak, Israel dan Ezzeddin Al Qassam --sayap militer Hamas, setengah hati menerima gencatan senjata.
"Dasar perjuangan Ezzeddin Al Qassam jelas, yaitu kemerdekaan Palestina, bukan sekedar gencatan senjata. Begitu pula Israel menganggap Ezzeddin Al Qassam sebagai duri dalam daging bagi keamanan Israel," katanya.
Shafiq merujuk pada kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas untuk pengakhiri pertempuran hebat pada 2012 yang tidak berumur panjang.
"Kesepakatan gencatan senjata pada 2012 yang juga dimediasi Mesir itu hanya bertahan beberapa pekan saja, dan pertempuran kedua pihak secara sporadis kembali berkobar," paparnya.