REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM-- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, Hamas tidak mencapai tuntutan apa pun dalam gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran mematikan selama 50 hari di Gaza.
"Hamas sangat terpukul keras dan tidak mendapatkan tuntutan mereka," kata Netanyahu dalam sebuah konferensi pers di Yerusalem, Ma'an News Agency, Rabu (27/8() melaporkan.
Pernyataan tersebut merupakan pernyatan pertama yang keluar dari Netanyahu setelah disepakatinya gencatan senjata jangka panjang yang diprakarsai oleh Mesir. Hamas menginginkan pelabuhan dan bandara di Gaza, pembebasan tahanan Palestina, mediasi Qatar dan Turki serta pembayaran gaji bagi para karyawannya. Namun, yang didapat tidak ada.
Setidaknya dalam pertempuran mematikan kali ini telah menyebabkan lebih dari 2.140 warga Palestina meninggal dunia dan 70 persen dari mereka merupakan warga sipil termasuk anak-anak, wanita dan kaum manula. Sedangkan, hampir 11 ribu warga Palestina mengalami luka-luka.
Sementara, di sisi Israel terlaporkan sekitar 64 tentara dan enam warga sipil tewas. Hamas tidak menderita kekalahan itu sejak penciptaannya. "Kami menghancurkan terowongan dan menewaskan hampi seribu petempur, termasuk para pejabat senior dalam gerakan itu, bahkan kami pun mengancurkan ribuan roket dan ratusan pos komando," katanya menjelaskan.
Pertempuran langsung terhenti ketika kesepakatan gencatan senjata diumukan. Israel menyetujui untuk mengurangi pembatasan pada pergerakan orang dan barang-barang yang masuk ataupun yang keluar dari Gaza. Dan, memungkinkan kapal ikan berlayar hingga enam mil jauhnya laut lepas pantai.
Israel pun belum menyepakati isu-isu lainnya, seperti pembebasan tahanan Palestina ataupun pertukaran untuk militan untuk menyerahkan sisa-sia jenazah tentara Israel yang tewas dalam pertempuran itu. Negosiasi ini juga belum berlangsung pada tuntutan utama Hamas, yaitu membuka jalur udara dan laut.