REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sepuluh petani perempuan asal Jawa Timur kini tengah berpartisipasi dalam program perjalanan keliling industri pertanian Australia Barat. Program ini adalah bagian dari kesepakatan antara Departemen Pertanian dan Pangan Australia Barat dengan Pemerintah Jawa Timur.
Dua negara ini telah bekerjasama untuk menyusun program pendampingan yang bertajuk ‘Memberdayakan Perempuan di Bidang Agrikultur – Australia dan Indonesia’.
Program ini dimulai dengan kunjungan perempuan Australia, yang berkecimpung di bidang agrikultur, ke Jawa Timur, pada bulan April lalu.
Para perempuan Jawa Timur ini telah mengunjungi sejumlah produsen daging domba dan telur di wilayah ‘Great Southern’, serta kebun apel, pabrik mentega dan susu, produsen daging kambing, produsen susu dan gerai makanan segar di wilayah barat daya.
Mereka akan menutup perjalanan Australia Barat mereka dengan kunjungan ke peternakan sapi di Kimberley.
Robert Rouda adalah Direktur Pengembangan Industri Ternak di DAFWA. Ia berperan besar dalam mengkoordinasikan program pertukaran ini. Ia mengatakan, tur ini adalah symbol kepercayaan dan kerjasama yang penting bagi kedua negara.
“Ini benar-benar sebuah pertukaran ide yang nyata dan bentuk pemahaman budaya, yang saya pikir akan penting sekali bagi hubungan jangka panjang apapun,” jelasnya baru-baru ini.
Rina Komaria adalah Wakil Konsul bidang ekonomi di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Perth.
Rina mendampingi para perempuan Jawa Timur tersebut sebagai perwakilan Konjen dan sebagai penerjemah tur. Ia mengatakan, kunjungan seperti ini penting bagi hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia, serta membantu membangun pemahaman atas perlunya pengetahuan agrikultur Australia bagi Indonesia.
“Para petani Australia sangat penting bagi Indonesia. Program ini memiliki dampak besar pada hubungan ekonomi bilateral dan juga pada hubungan daganf kedua negara,” tegasnya.
Petani singkong bernama Indah adalah salah satu dari 10 perempuan Jawa Timur yang turut serta dalam perjalanan ini.
Ia menuturkan, ia telah belajar beberapa hal penting tentang penggunaan teknologi di lahan pertanian. “Kami bertekad untuk mengambil sejumlah hal positif dari kunjungan ini dan mempraktekannya serta membaginya ke komunitas asal ketika kami pulang nanti,” ujarnya.
Sebuah lembaga asal Australia Barat ‘Influential Women’ bertanggung jawab mengatur dan mengkoordinasi kunjungan 10 perempuan Indonesia ini.
Direktur Utama ‘Influential Women’, Catherine Marriott, mengatakan, ada banyak hal yang bisa saling dipelajari antara kedua belah pihak.
Catherine mengungkapkan, ia sangat terkesan dengan banyaknya pertanyaan dan ketertarikan yang disampaikan 10 perempuan tersebut.
“Mereka mungkin tak dapat mengadaptasi dengan tepat apa yang kita punya di sini, namun ini bisa memberi mereka jalan untuk meningkatkan bisnis yang mereka geluti,” urainya.