Kamis 28 Aug 2014 21:45 WIB

WHO: Ebola Bisa Jangkiti 20 Ribu Orang

Petugas PBB tengah sosialisasikan informasi tentang pencegahan penyebaran virus ebola.
Foto: Reuters
Petugas PBB tengah sosialisasikan informasi tentang pencegahan penyebaran virus ebola.

REPUBLIKA.CO.ID, MONROVIA -- Wabah Ebola di Afrika Barat saat ini bisa menginfeksi lebih dari 20 ribu orang. Demikian laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), dalam kajiannya mengenai penyakit mematikan itu, Kamis (28/8).

WHO mengeluarkan rencana strategis untuk memerangi wabah tersebut di empat negara Afrika Barat dimana jumlah kasus sebenarnya bisa jadi sudah dua hingga empat kali lebih tinggi dari yang dilaporkan sebanyak 3.069 kasus. Jumlah korban tewas tercatat 1.552 orang.

"Peta jalan ini mengasumsikan bahwa di banyak wilayah dengan penularan cepat, jumlah kasus sebenarnya kemungkinan 2-4 kali lipat lebih besar dari yang dilaporkan saat ini. Diakui bahwa jumlah keseluruhan kasus virus Ebola bisa melampaui 20 ribu selama masa darurat ini," kata WHO.

Wabah yang dimulai di Guinea pada Maret dan menyebar ke negara tetangga di Liberia dan Sierra Leone serta Nigeria itu membutuhkan respon internasional yang masif dan terkoordinasi, kata WHO. Wabah Ebola secara terpisah di Republik Demokratik Kongo diidentifikasi berasal dari strain berbeda, tidak termasuk dalam catatan korban jiwa itu.

"Aktivitas tanggapan harus diadaptasi di wilayah-wilayah dengan penularan sangat tinggi dan perhatian khusus harus diberikan upaya penghentian penularan di ibukota serta pelabuhan utama, oleh karenanya bisa memfasilitasi upaya tanggapan dan bantuan yang lebih luas," kata WHO.

Virus tersebut masih menyebar di sejumlah daerah, memperparah kondisi sosial ekonomi yang rentan dan telah menewaskan sejumlah pekerja medis, kata badan tersebut.

"Rencana lebih luas yang dipimpin PBB yang diluncurkan akhir September nanti "diharapkan meningkatkan dukungan bagi masalah yang semakin akut terkait dengan keamanan pangan, perlindungan, air, sanitasi dan kebersihan, rawatan kesehatan primer dan sekunder serta upaya pemulihan jangka panjang yang akan dibutuhkan," kata WHO.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement